Akibatnya, ketika peneliti ini mewawancarainya sekitar empat puluh hingga lima puluh menit. Peneliti ini tidak menyangka wawancara ini akan diedit dalam sepuluh menit terakhir.Â
Di antara mereka, peneliti menemukan bahwa Cheminade yang peneliti wawancarai juga seperti orang gila, artinya ketika media ingin dengan sengaja menggambarkan dia sebagai politisi "ekstrim kanan", Â pemirsa bisa merasa seperti itu melalui editing.
Akibatnya, Cheminade memperoleh tingkat suara terendah di antara pemilih Prancis, sangat rendah, hanya nol sekian persen.
Namun, dia mampu membujuk lima ratus petugas pemilu untuk datang secara langsung dan membujuk mereka agar memberikan suara dari mereka selama wawancara tatap muka.
Peran media sangat menentukan dalam hal ini, karena pemilih tidak memiliki kesempatan untuk bertemu langsung dengan para kandidat, mereka hanya bisa mempercayai media. Karenanya, media bisa memanipulasi suara untuk diberikan ke tangan pemilih dengan mendeskripsikan calon presiden sekehendak mereka.
Masalahnya timbul, siapa yang mengontrol atau menguasai media itu? Biasanya tidak lain adalah dikontrol oleh kekuatan pemilik modal.
Sebagian besar media Prancis dikendalikan oleh individu swasta, dan hanya sebagian kecil yang dikendalikan oleh negara.
Prancis, ketika itu ada tiga kekuatan nyata, bukan yudikatif, legislatif, dan eksekutif, tetapi pemilik modal, kekuatan politik, dan media.
Di satu sisi, pemilik modal mengontrol kekuatan politik dengan mendanai partai politik dan politisi; di sisi lain, menggunakan media untuk memilih komposisi rezim dan media untuk memilih calon pemilu.Â
Kemudian kita memahami bahwa modal mengontrol sistem yang dipilih secara demokratis. Jajak pendapat kekuasaan terakhir, demikian pula dengan pemungutan suara lebih dikendalikan langsung oleh pemilik modal daripada pemilih.
Jajak Pendapat Dengan Survei Online Anonim