Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Kartu yang Salah Kebijakan Timur Tengah AS Pada Era Trump?

24 Mei 2018   10:37 Diperbarui: 24 Mei 2018   10:53 1073
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Terbitan AS "The Atlantic" mengatakan, serangan balik ini adalah operasi militer berskala terbesar yang diluncurkan Israel ke Suriah dalam beberapa tahun terakhir, dan merupakan serangan langka yang ditujukan pada sasaran Iran di Suriah.

Permusuhan kedua negara ini kini tampaknya bukan lagi perang proxy, tapi sudah merupakan perang kontak langsung. Eskalasi konflik antara Iran dan Israel kali ini, tampak sepertinya perang frontal langsung sudah mendekat.

Banyak analis menunjukan sebenarnya pertempuran antara Iran dan Israel di Suriah telah berlangsung selama bertahun-tahun, tetapi tetap menjadi "perang tersembunyi" dengan intensitas rendah. Alasan paling langsung untuk Iran dan Israel yang tadinya saling berperang secara tersembunyi menuju ke "perang panas" dikarenakan  AS mengumumkan penarikannya dari kesepakatan nuklir Iran.

Pada sore hari 8 Mei lalu, waktu setempat, Presiden AS Trump secara resmi mengumumkan bahwa AS menarik diri dari kesepakatan "6 + 1" yang ditandatangani pemerintahan Obama terkait dengan isu nuklir Iran, dan menanggapi sanksi Iran.

Trump mengumumkan: "Saya mengumumkan hari ini bahwa AS akan menarik diri dari kesepakatan nuklir Iran. Dalam beberapa saat lagi, saya akan menandatangani memorandum kepresidenan untuk mulai mengembalikan kembali sanksi nuklir AS terhadap rezim Iran." (Sumber)


Tindakan ini telah mendapat kecaman luas dari masyarakat internasional. Mantan Presiden AS Barack Obama, yang memainkan peran kunci dalam membentuk kesepakatan nuklir Iran, membuat pernyataan yang mengatakan bahwa menarik diri dari kesepakatan yang telah disetujui merupakan kesalahan serius. 

Obama menunjukkan bahwa meninggalkan Kesepakatan Nuklir Iran, AS akan ditinggalkan oleh sekutu terdekatnya, dan ini menunjukkan AS secara konsisten melanggar kesepakatan yang bisa mengikis kredibilitas AS secara besar-besaran.

Sejak AS menarik diri dari "Perjanjian Paris" tentang perubahan iklim dan  memprovokasi gesekan perdagangan untuk meninggalkan perjanjian nuklir Iran, Presiden AS Trump telah melakukan "tiga serangan" terhadap sekutu Eropanya, dan Eropa menanggapi dengan sangat kuat.

Emmanuel Macron Presiden Prancis menyatakan: "Saya mengungkapkan penyesalan saya tentang keputusan Presiden AS, saya percaya ini adalah kesalahan. Ini adalah keputusan kita orang Eropa." Dalam tweeter mengatakan: Prancis, Jerman, dan Inggris menyesalkan keputusan AS untuk meninggalkan JCPOA. Rezim non-proliferasi nuklir dipertaruhkan.

Sumber: www.cnbc.com
Sumber: www.cnbc.com
Angela Merkel, Kanselir Jerman menyatakan: "Presiden AS telah memutuskan untuk menarik keluar dari perjanjian nuklir Iran, tetapi Prancis, Inggris, dan Jerman semuanya telah memutuskan untuk terus memperkuat kesepakatan itu."

Nama lengkap kesepakatan nuklir Iran adalah "Joint Comprehensive Plan of Action (JCPOA)." ( Rencana Aksi Komprehensif Bersama).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun