Karena itu, kesepakatan nuklir Iran masih belum mendapatkan legal standing sebagai kesepakatan, jadi kedudukannya secara hukum (AS) terbatas bagi pemerintahan Trump yang datang belakangan.
Mengapa Presiden AS dapat melakukan penarikan? Setelah AS menandatangani kesepakatan pada tahun 2005, kesepakatan itu belum diluluskan (ratifikasi) melalui Senat AS, jadi bagi AS, kesepakatan nuklir Iran itu hanya kesepakatan kebijakan. Ini membuatnya sangat mudah untuk menyingkirkan kesepakatan nuklir Iran. Dan penyingkirkan kesepakatan ini telah mendapat dukungan dari banyak pihak dari Demokrat dan Republikan.
Sudah menjadi rahasia umum bahwa kesepkatan nuklir Iran adalah pencapaian diplomatik paling berpengaruh internasional yang dicapai mantan Presiden AS Obama dalam masa jabatannya, dan juga pencapaiannya yang paling membanggakan.
Konsensus umum adalah bahwa Trump mengundurkan diri dari kesepakatan nuklir Iran karena ia ingin mempersiapkan pemilihan (pemilu) tengah semester dan juga untuk mengatur tata ruang Timur Tengah.
Seperti telah dikemukankan di depan perubahan sedikit apa pun di Timur Tengah akan mempengaruhi situasi keseluruhan dari kawasan ini.
Pada kenyataannya jauh sebelumnya, Presiden AS Trump telah menetapkan  pada 12 Mei sebagai tenggat waktu untuk mengubah kesepakatan nuklir Iran, dan menyatakan bahwa jika tidak ada revisi yang memuaskannya dibuat pada saat itu, AS akan menarik diri dari perjanjian nuklir Iran.
Tapi secara resmi justru mengumumkan penarikan dari kesepakatan ini pada 8 Mei, empat hari lebih awal dari tanggal yang semula ditetapkan. Jadi, apa alasannya AS begitu cepat menarik diri dari kesepakatan Nuklir Iran?
Analis mengatakan, pemerintahan Trump saat ini telah secara signifikan menyesuaikan kebijakan Timur Tengahnya. Selama pemerintahan Obama, Obama dapat dikatakan tidak cukup mendukung sekutu dekatnya sendiri Israel, tetapi jusru berada di sisi lain, hubungan antara AS dan Iran terlihat ketegangan sedikit berkurang. Di mata Trump, kebijakan Timur Tengah Obama memiliki kelemahan besar. Bahkan penandatanganan kesepakatan nuklir Iran menarik reaksi keras dari Israel, dan menganggap perilaku AS mendukung pengembangan Iran, menciptakan lawan strategis yang kuat untuk dirinya sendiri di Timur Tengah---ini dianggap  tidak sesuai dengan kepentingan strategis keseluruhan AS.
Jadi kebijakannya saat ini dapat diringkas sebagai "teman adalah teman, musuh adalah musuh," dan dia ingin sunguh-sunguh mendukung teman-temannya sambil benar-benar menekan musuh-musuhnya. Jadi selama pemerintahan Trump, kebijakan Timur Tengah AS akan mekakukan penekanan utama terhadap Iran.
Pada bulan April tahun ini, tiga kepala negara Iran, Rusia, dan Turki bertemu di Ankara, Turki, dan aliansi militer Rusia-Turki-Iran yang dipimpin Rusia naik ke permukaan.
Pengaruh Iran yang semakin menonjol di kawasan itu, sekali lagi memicu peringatan besar bagi Israel dan AS.