Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik Pilihan

"ISIS" di Irak dan Suriah Ditumpas, Benarkah "ISIS" Sudah Lenyap?

6 Desember 2017   11:06 Diperbarui: 6 Desember 2017   12:48 4251
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Moh. Abdel Fattah, imam dari mesjid yang diserang yang terluka menceritakan: Baru saja beberapa menit saya meninggalkan mimbar, ketika tiba-tiba mendengar ledakan, kemudian datang dari luar mesjid sekelompok orang bersenjata mulai melakukan berondongan tembakan ke umat yang baru selesai sholat.

Saat serangan terjadi, sejumlah besar orang baru saja menyelesaikan sholat  Jumat mereka. Seorang saksi menceritakan bahwa selain penyerang yang masuk ke masjid, ada yang menembaki masjid dari jendela -- "teroris telah kehilangan rasa kemanusiaan mereka," dan seperti pembantaian.

Media Mesir melaporkan bahwa ini adalah "serangan paling mematikan di Mesir modern."

Presiden Mesir Abdel el-Sisi mengatakan setelah serangan tersebut bahwa mereka akan meluncurkan "serangan kejam" terhadap para teroris. Pada saat yang sama, menurut laporan dari "The New York Times," "ISIS" mengumumkan bertanggung jawab atas serangan ini.

Kita dapat melihat serangan yang terjadi terhadap mesjid di Mesir ini, sebenarnya terkait dengan keseluruhan proses kontraterorisme di Timur Tengah. Jadi dapat disimpulkan kekuatan ekstremis belum sepenuhnya diberantas, termasuk "ISIS" yang baru saja bubar, dan penyebarannya juga telah ditekan.

Dalam beberapa tahun terakhir, Eropa dan AS telah mengalami banyak serangan teroris selama Natal. Pada bulan Desember 2015, dua anggota kelompok ekstremis melakukan penembakan di San Berbardino di California, AS, menewaskan 14 orang di sebuah pesta natal lokal.

Pada tahun 2016, seorang anggota "ISIS" mengemudikan sebuah truk ke sebuah pasar Natal di pusat kota Berlin, Jerman, mengakibatkan 12 kematian dan sekitar 50 luka-luka.

Pada bulan Januari 2017, "ISIS" menembaki klub malam di Istanbul, Turki pada Malam Tahun Baru, menewaskan 39 orang dan melukai lebih dari 60 lainnya.

Dengan penyebaran media sosial yang meluas, mereka dapat menyebarkan pemikiran ekstremis ke seluruh pelosok dunia. Inilah tantangan terbesar dalam situasi modern dari kontraterorisme internasional - bagaimana menghentikan proliferasi dan pengaruh kekuatan ekstremis semacam ini pada sumbernya.

Karena ketika sebuah negara atau masyarakat mengalami ekonomi yang buruk, dan banyak pengangguran, akan sulit bagi "pecundang" ini, seperti etnis minoritas, imigran, atau pengungsi untuk berintegrasi dalam kehidupan masyarakat ini, dan menjadi bagian dari masyarakat, jadi mereka terpinggirkan. Jika pemikiran ekstremis semacam ini menyebar, mudah diterima mereka.

Msialnya saja seperti di Eropa, sudah untuk waktu yang lama Eropa telah menjadi sinonim untuk kenyamanan dan ketenangan. Namun dalam beberapa tahun terakhir, gelombang demi gelombang serangan teroris telah benar-benar menghancurkan ketenangan ini. Mereka seperti tumor yang terus-menerus menyiksa saraf orang Eropa.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun