Pada 28 Juli 2014, saat Ramadan berakhir, "ISIS" menayangkan rekaman 30 menit di internet yang menunjukkan bahwa mereka menghancurkan masjid-masjid Syiah di pinggiran kota Mosul dan Baghdad, serta gambar-gambar berdarah dari banyak warga sipil Syiah yang telah dieksekusi.
Mulai dari 5 Agustus 2014, "ISIS" terlibat dalam pembersihan etnik orang Yazidi di Distrik Sinjar Irak, dan membunuh semua orang yang menolak masuk Islam. Para wanita itu semua dipaksa menjadi budak seks dan "didistribusikan" ke teroris, dan sekitar 50.000 orang Yazidi terpaksa melarikan diri ke pegunungan.
Kelakuan dan tindakan "ISIS" yang sangat kejam dan brutal tersebut, bahkan membuat Al Qaeda merasa sulit untuk menerimanya. Pada bulan Februari 2014, Al Qaeda secara terbuka menyebut "perilaku 'ISIS' sangat  ekstrem dan  kejam, serta barbar," dan memotong semua hubungannya dengan mereka.
"ISIS" Menjadi Musuh Utama Negara-Negara Utama
Dewan Keamanan PBB menegaskan kelompok ekstremis "ISIS" sebagai organisasi teroris internasional pada 30 Juli 2014.
Pada 13 November 2015, serangan teroris "ISIS" di Paris menjadi serangan teroris paling parah di dunia Barat setelah serangan 11 September 2001 di AS.
"ISIS" bahkan mengancam akan meledakkan Gedung Putih, dan kemudian membunuh Presiden AS Barack Obama dan kemudian Presiden Prancis Francois Hollande.
Perancis menyatakan keadaan darurat perang, dan negara-negara Eropa secara aktif mendukungnya. "ISIS" akhirnya menjadi musuh utama negara-negara Eropa, melebihi Rusia dan Presiden Suriah Bashar al-Assad.
Baru pada saat itulah mereka membentuk sebuah kerjasama internasional yang luas dari beberapa negara yang berfokus untuk menyerang "ISIS" dan mulai terlibat dalam operasi serangan militer yang praktis.
Ketika koalisi internasional memiliki koordinasi yang pasti, semua pihak telah menganggap "ISIS" sebagai musuh bersama satu demi satu, dan menunjukkan daerah-daerah tempat mereka yang bertanggung jawab. Ketika itulah mereka baru secara serentak melancarkan serangan terhadapnya, makan sejak itu hari-hari "ISIS" sudah berakhir.
Suriah dan Irak telah menderita kehancuran dan kemiskinan. Pada saat itu, beberapa komentar percaya bahwa wilayah politik Timur Tengah telah runtuh, dan Timur Tengah mengalami kekacauan yang belum pernah terjadi sebelumnya dalam 100 tahun terakhir.