Mohon tunggu...
Sucahya Tjoa
Sucahya Tjoa Mohon Tunggu... Konsultan - Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Lansia mantan pengusaha dan konsultan teknik aviasi, waktu senggang gemar tulis menulis. http://sucahyatjoa.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Politik

Perlawanan Establishment AS Terhadap Trump Dengan Sanksi-Hacker-Russiagate

26 Agustus 2017   22:56 Diperbarui: 26 Agustus 2017   23:47 678
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: AP/Evan Vucci (Sumer: www.americanprogressaction.org )

Krisis Ukraina juga telah dipandang sebagai titik kontroversi antara AS dan Rusia yang sulit dipecahkan. Kontes militer geostrategis antara kedua negara tidak pernah berhenti di Eropa Timur dan Ukraina.

Dari 10 Juli sampai 23 Juli, Ukraina dan AS melakukan latihan militer bersama "Sea Breeze 2017" yang diadakan di perairan Laut Hitam di lepas pantai Ukraina. Sekitar waktu yang sama, AS dan 23 sekutu NATO mengadakan latihan militer dengan nama "Saber Guardian" di Bulgaria, Hungaria, dan Rumania.

Pada akhir Juli, Rusia juga mengadakan empat latihan militer di Buryatia, Kaukasus Utara, Laut Kaspia, dan Laut Baltik, yang menlibatkan beberapa angkatan militernya.

Pada saat yang sama, intrik nuklir antara AS dan Rusia terus berlanjut. Pada 3 Juli lalu, menurut laporan tenaga nuklir dunia terbaru dari Stockholm International Peace Research Institute, pada awal 2017, AS memiliki total 6.800 hulu ledak nuklir, dan Rusia memiliki 7.000 hulu ledak nuklir. Nuklir kedua negara itu menyumbang atau mendominasi pemilikan 93% dari total dunia.

Sehingga menurut Kastaf Gabungan AS Dunford mengatakan bahwa dengan aspek-aspek ini telah menentukan bahwa Rusia adalah musuh mereka.

Pada 31 Juli lalu, Wakil Presiden AS Mike Pence berjanji saat bertemu dengan presiden Estonia, Latvia, dan Lituania di ibu kota Estonia, Tallinn, bahwa AS akan secara tegas mendukung ketiga negara ini dalam menghadapi ancaman dari Rusia.

Mike Pence mengatakan: "AS menolak setiap usaha untuk menggunakan kekerasan, ancaman, intimidasi, atau pengaruh jahat di Negara-negara Baltik, atau terhadap sekutu yang telah terikat perjanjian dengan kita (AS)."

Meski AS dan Rusia sering memamerkan kekuatan militer mereka satu sama lain, kedua belah pihak tetap menjaga komunikasi di tingkat senior.

Pada 6 Agustus, Menlu AS Tillerson dan Menlu Rusia Lavrov mengadakan pertemuan informal di Pertemuan Menteri Luar Negeri ASEAN. Lavrov mengatakan bahwa "kami yakin AS siap untuk melanjutkan dialog, karena tidak ada jalan lain." Tillerson berkomentar bahwa tidak ada manfaat dalam menghentikan semua komunikasi karena hanya dikarenakan satu masalah.

Banyak pengamat dan analis yang percaya bahwa baik Rusia maupun AS tidak memiliki banyak harapan untuk memperluas kerja sama perdagangan mereka. Fokus kerja sama antar dua negara ini adalah di sektor keamanan. Salah satu aspek di sektor keamanan adalah kerjasama kontraterorisme, dan yang lainnya adalah non-proliferasi nuklir, dan mereka tidak menghentikan kerjasama mereka dalam aspek itu.

Bahkan saat pihak Barat memberlakukan sanksi paling berat terhadap Rusia, kerja sama non-proliferasi nuklir 2015 mereka tidak berakhir, dan mereka melanjutkan kerja sama anti-terorisme negara mereka di Suriah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun