Bagi Qian Xuesen, rudal semacam itu sudah tertinggal teknologinya. Rudal pertama Tiongkok banyak sudah memiliki titik awal yang lebih tinggi.
Pada bulan September 1957, Nie Rongzhen, Wakil PM Dewan Negara mengunjungi Uni Soviet dengan rombongan delegasi termasuk Qian Xuesen yang telah melakukan persiapan penuh untuk negosiasi Sino-Soviet. Satu-satunya tujuan untuk kunjungan ini adalah untuk melaksanakan kerjasama dengan Uni Soviet dalam teknologi muktahir pertahanan nasional.
Sebagai satu-satunya negara sosialis yang memiliki rudal saat itu, Uni Soviet niscaya dapat mempercepat pengembangan rudal Tiongkok atas dukungannya. Setelah 35 hari melakukan negosiasi, pemerintah Soviet setuju untuk membantu Tiongkok.
Pada 15 Oktober 1957, Tiongkok dan Uni Soviet di Moskow menandatangani “Perjanjian Teknologi Baru Untuk Pertahanan Nasional” yang terkenal itu.
15 hari setelah kesepakatan ditandatangani, Mao Zedong juga tiba di Moskow dengan delegasi pemerintah Tiongkok. Untuk menghadiri undangan merayakan ulang tahun ke-40 kemenangan Revolusi Oktober, sebuah parade besar diadakan di Lapangan Merah.
Uni Soviet mempertunjukkan kepada dunia persenjataan paling canggihnya. Ketika formasi rudal melewati Tribun Lapangan Merah dengan anggun, tampaknya Mao dan para Jenderal yang hadir situ belum terbayang kapan Tiongkok bisa memiliki sendiri rudal masih belum diketahui saat itu.
Dalam kunjungan ke Moskow ini, Mao Zedong secara khusus melakukan tatap muka dan berdialog dengan mahasiswa Tiongkok yang sedang belajar di Uni Soviet. Pada sore hari jam 18:00.
Wang Yongzhi (王永志) mantan kepala bagian designer, menceritakan: Kami diberitahu bahwa Mao akan menemui kami di Universitas Lomonosov Moskow (Lomonosov Moscow State University) dan kemudian makan malam. Kami senang saat mendengar kabar ini. Dan dia datang setelah beberapa saat. Di masuk berjalan ke podium dan menyapa kami. Kami sangat gembira dan bertepuk tangan. Akhirnya, ia mulai berjalan bolak-balik di panggung dan berpidato.
Pertama, dia mengatakan: “Dunia ini milik kalian dan kami, namun dalam dalam analisis terakhir, ini semua bagaimanapun adalah miliki kalian. Kalian anak muda penuh semangat muda di masa muda ini, sama seperti matahari pada jam 8:00 sampai jam 9:00 pagi. Harapan ada pada pundak kalian.” Kami yang mendengarnya sangat gembira dan terharu sekali.
Pemimpin besar kami dengan signifikan sangat besar sekali mempercayakan kepada kami. Apalagi saat dia menyebutkan situasi internasional, katanya: “Sekarang, situasi internasional, angin Timur sedang menekan angin Barat” (Angin Timur bahasa Mandarin Dongfeng 东风). Maka tak lama kemudian Tiongkok menamai rudal darat-ke-darat yang baru dikembangkan dengan nama “Dongfeng = Angin Timur”.
Tepat setelah Mao Zedong kembali ke Beijing dua rudal P-2 dikirim ke Beijing secara diam-diam sesuai dengan kesepakatan Sino-Soviet. Dan sebuah batalion rudal Soviet yang sudah dirampingkan, termasuk 102 anggota dengan kendaraan transport yang sama mengawal dan tiba ke Tiongkok.