Mohon tunggu...
Maesa Nabila
Maesa Nabila Mohon Tunggu... Mahasiswa - Universitas Islam Negeri Kiai Haji Achmad Shiddiq Jember

Mahasiswa Aktif di UIN KHAS JEMBER Program Studi Tadris Matematika

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Prinsip-prinsip dan Faktor-faktor Pembentukan Akhlak

8 Desember 2023   11:42 Diperbarui: 8 Desember 2023   12:07 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Muhammad bin Ilaan As-Shadieqy[9] berpendapat bahwa akhlak adalah Suatu pembawaan pada jiwa manusia yang dapat menyebabkan perilaku yang baik dengan cara yang spontan tanpa adanya dorongan dari pihak lain.

Sedangkan Abu bakar Jabir Al-Jazairy[10] mangatakan jika Akhlak adalah bentuk kejiwaan yang terdapat pada jiwa manusia yang memunculkan perilaku yang benar dan salah, baik dan buruk dengan cara yang disengaja. Kemudian Ibrahim Anis[11] berkata jika Akhlak adalah sifat yang terdapat pada jiwa yang kemudian lahir berbagai perbuatan, baik atau buruknya, tanpa perlu pemikiran dan pertimbangan.

Menurut Ali Abdul Halim Mahmud[12] yang dimaksud dengan akhlak (moral) pada kitab Akhlak mulia adalah sebuah sistem yang sempurna yang terdiri dari ciri khas perilaku atau akal seseorang yang membuatnya menjadi istimewa. Ciri khas ini membentuk struktur psikologis individu dan memungkinkannya untuk berperilaku sesuai dengan jiwa dan nilai-nilai yang melekat padanya dalam berbagai situasi.

Menurut seorang ulama ensiklopedis yaitu Ahmad Bin Mushthafa[13] (Thasy Kubra Zaadah), Akhlak merupakan ilmu yang dapat diketahui berbagai macam keutamaan. Keutamaan itu merupakan perwujudan keseimbangan antara tiga kekuatan, yakni berfikir marah, syahwat. Dan tiap kekuatan itu memiliki letak pertengahan di antara dua keburukan.

Para ulama mendefinisikan akhlak sebagai sifat-sifat yang secara alami melekat dalam jiwa seseorang dan menghasilkan perilaku yang timbul secara spontan, tanpa memerlukan pemikiran panjang, pertimbangan, atau paksaan. Sifat-sifat ini merupakan bagian integral dari akhlak. Sebaliknya, sifat-sifat yang tidak melekat dalam jiwa, seperti marahnya seseorang yang biasanya pemaaf, tidak dapat dianggap sebagai bagian dari akhlak. Begitu juga dengan sifat-sifat yang kuat dan cenderung menghasilkan perilaku yang kurang baik, seperti sifat bakhil yang muncul saat seseorang berjuang untuk menunjukkan kedermawanannya hanya untuk mendapatkan pujian orang lain. Dalam hal ini, perilaku tersebut tidak dapat disebut sebagai akhlak.[14]

Islam menekankan pentingnya mencapai keseimbangan yang sempurna dalam akhlak. Dalam pandangan Islam, akhlak dianggap sebagai fondasi utama bagi norma-norma dalam kehidupan sosial. Dari berbagai definisi di atas, dapat disimpulkan bahwa akhlak merupakan tindakan yang muncul secara alami dari diri seseorang dan dapat dilakukan tanpa perlu pemikiran, semata-mata dilakukan dengan ikhlas karena Allah SWT, bukan semata-mata untuk mendapatkan pujian. Ini adalah istilah yang digunakan dalam agama untuk menilai apakah perilaku manusia tersebut terpuji atau tercela.

Akhlak dapat dibagi menjadi dua jenis, yaitu akhlak karimah (terpuji) atau akhlak mahmudah, dan akhlak mazmumah (tercela). Akhlak terpuji merujuk pada perilaku yang memiliki nilai-nilai akhlak yang baik dan patut mendapatkan pujian.

Akhlak karimah atau akhlak mahmudah didasarkan pada kepercayaan yang kuat. Kepercayaan itu menusuk, mengakar kuat dan bersinar mengeluarkan benih kemulian berwujud akhlak. Yang menjadi suri tauladan akhlak untuk kaumnya, diantaranya memiliki rasa malu, pemberani, mulia hati, penyabar, dan semua akhlak yang mulia.

Akhlak Karimah adalah suatu tanda kesempurnaan iman. Tanda itu diwujudkan pada kebiasaan sehari-hari dalam bentuk perilaku-perilaku yang tepat dengan ajaran yang terdapat pada Al-Qur’an dan As-Sunnah.

Akhlak karimah (mahmudah) diklasifikasikan pada beberapa kategori, termasuk akhlak yang berkaitan dengan hubungan individu dengan Allah, perilaku terhadap Nabi Muhammad SAW, sikap terhadap diri sendiri, etika terhadap kedua orang tua, tindakan terhadap masyarakat, serta respons terhadap lingkungan alam. Allah SWT telah menetapkan aturan-aturan dan larangan dalam kehidupan manusia. Kehadiran aturan ini bertujuan untuk menjaga kelancaran kehidupan manusia. Tiap perlakuan aturan tersebut mencerminkan poin-poin akhlak yang diterapkan oleh Allah SWT.

Akhlak terhadap Allah yaitu beriman dan menaati segala perintah-Nya, apa yang telah dibenarkan-Nya dijadikan pedoman hidup, berjanji untuk menaati segala bentuk perintah-Nya dengan menerapkan ajaran-Nya dalam praktik, yang nanti semua itu akan dipertanggungjawabkan. Sehingga manusia dapat meraih kebahagiaan dan kedamaian dengan mengikuti ajaran-Nya yang baik dan benar dalam setiap aspek hidupnya, dan melaksanakannya dengan penuh dedikasi sesuai kemampuan dan sumber daya yang dimiliki.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun