Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mastani

9 Februari 2022   10:27 Diperbarui: 9 Februari 2022   10:28 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber :  artranked.com

Gulika berpura-pura membetulkan letak kerudung sarinya. Ia sesekali mencuri pandang kepada Nehal. Dengan senyum penuh dendam, ia lalu berkata,

"Apa kau mau mencoba saus kari buatanku? Pasti roti canai itu akan terasa enak jika dimakan bersama kari."

"Hmm... Boleh. Jika ibu tidak keberatan."

"Ambillah di dalam kotak rotan itu. Ambillah pelan-pelan agar isinya tidak tumpah."

Nehal meletakkan piringnya. Ia membuka penutup kotak rotan dengan tangan kanannya. Tangan kirinya masuk ke dalam kotak dan berusaha mencari saus kari. Tak lama kemudian.

"Aaah... Tanganku." teriak Nehal sambil secepat kilat mengeluarkan tangan kirinya.

Lelaki itu merintih kesakitan. Ia berusaha menekan telapak tangan kiri menggunakan tangan kanannya. Hanya dalam beberapa detik, Nehal menggelepar di atas tikar. Napasnya tersengal-sengal. Ular kobra itu keluar menuju rimbunnya pohon jagung.

"Mastani sudah menunggumu. Inilah balasan atas perbuatanmu kepada anakku. Kau tahu, karena perbuatanmu Mastani harus menanggung penderitaan. Belatung-belatung pemberianmu telah menggerogoti rahim anakku. Ia tewas karena belatung-belatung itu." ucap Gulika geram penuh dendam. Api amarah terlihat di dalam matanya.

Nehal menggelepar menahan sakit. Racun itu telah menyebar ke seluruh tubuhnya. Mukanya membiru. Dalam ingatannya hanya satu. Wajah Mastani. ia baru menyadari jika kematian Mastani akibat infeksi bakteri bangkai tikus yang ia lihat. Ia ingin menjelaskan semuanya. Namun terlambat, racun itu telah sampai di otaknya. Ia kejang, napasnya tersengal-sengal hingga akhirnya ia meninggal.

Gulika tersenyum. Ia berjalan meninggalkan tempat itu. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Cukup dengan berpura-pura menangis dan mengabarkan kepada para buruh bahwa Nehal telah tewas akibat gigitan ular kobra maka semua masalah pasti beres.

"Mastani, tunggu ibu." ucap Gulika sambil berjalan meninggalkan Nehal yang telah membiru dan kaku.

***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun