Gulika berpura-pura membetulkan letak kerudung sarinya. Ia sesekali mencuri pandang kepada Nehal. Dengan senyum penuh dendam, ia lalu berkata,
"Apa kau mau mencoba saus kari buatanku? Pasti roti canai itu akan terasa enak jika dimakan bersama kari."
"Hmm... Boleh. Jika ibu tidak keberatan."
"Ambillah di dalam kotak rotan itu. Ambillah pelan-pelan agar isinya tidak tumpah."
Nehal meletakkan piringnya. Ia membuka penutup kotak rotan dengan tangan kanannya. Tangan kirinya masuk ke dalam kotak dan berusaha mencari saus kari. Tak lama kemudian.
"Aaah... Tanganku." teriak Nehal sambil secepat kilat mengeluarkan tangan kirinya.
Lelaki itu merintih kesakitan. Ia berusaha menekan telapak tangan kiri menggunakan tangan kanannya. Hanya dalam beberapa detik, Nehal menggelepar di atas tikar. Napasnya tersengal-sengal. Ular kobra itu keluar menuju rimbunnya pohon jagung.
"Mastani sudah menunggumu. Inilah balasan atas perbuatanmu kepada anakku. Kau tahu, karena perbuatanmu Mastani harus menanggung penderitaan. Belatung-belatung pemberianmu telah menggerogoti rahim anakku. Ia tewas karena belatung-belatung itu." ucap Gulika geram penuh dendam. Api amarah terlihat di dalam matanya.
Nehal menggelepar menahan sakit. Racun itu telah menyebar ke seluruh tubuhnya. Mukanya membiru. Dalam ingatannya hanya satu. Wajah Mastani. ia baru menyadari jika kematian Mastani akibat infeksi bakteri bangkai tikus yang ia lihat. Ia ingin menjelaskan semuanya. Namun terlambat, racun itu telah sampai di otaknya. Ia kejang, napasnya tersengal-sengal hingga akhirnya ia meninggal.
Gulika tersenyum. Ia berjalan meninggalkan tempat itu. Ia tahu apa yang harus ia lakukan. Cukup dengan berpura-pura menangis dan mengabarkan kepada para buruh bahwa Nehal telah tewas akibat gigitan ular kobra maka semua masalah pasti beres.
"Mastani, tunggu ibu." ucap Gulika sambil berjalan meninggalkan Nehal yang telah membiru dan kaku.
***
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI