Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Mastani

9 Februari 2022   10:27 Diperbarui: 9 Februari 2022   10:28 423
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber :  artranked.com

Sudah tiga hari ini Mastani tidak pergi ke ladang jagung seperti biasa. Ibunya memaklumi perilaku gadis itu.

"Mungkin Mastani kelelahan. Ia butuh istirahat." gumam ibunya saat melihat anak gadisnya dari balik tirai tirai kamar.

Di hari keempat, kecurigaan mulai terasa. Mastani yang biasanya berteriak meminta makanan atau minuman, kini sudah tidak terdengar lagi. Gulika sang ibu akhirnya memberanikan diri untuk memasuki kamar dan mendekati Mastani.

"Ibu jangan masuk. Tolong ibu. Jangan masuk." teriak Mastani dengan suara parau.

Gulika tidak peduli. Kali ini ia tidak membiarkan Mastani untuk mengambil makanan dan minumnya sendiri seperti biasanya. Gulika melangkah masuk dengan penuh rasa penasaran.

Bau anyir menyeruak ke udara. Gulika berusha menutup hidung dengan kain sarinya. Ia melihat Mastani menekan-nekan perutnya. Tanpa berpikir panjang, Gulika menyibak selimut gadis itu.

Betapa kaget Gulika melihat pemandangan di depannya. Nampan berisi semangkuk kari dan tiga lembar roti canai jatuh berhamburan di lantai kamar.

Gulika menatap nanar Mastani.

"Ibu....." ucap Mastani lemah.

Bau anyir makin tajam. Menyeruak ke udara. Menimbulkan rasa kurang nyaman bagi Gulika.

Dari alat kemaluan Mastani keluar cairan bening. Cairan itu tidak berwarna. Membuat kasur Mastani lembab. Namun bukan cairan itu yang membuat Gulika kaget.

"Apa yang sebenarnya terjadi kepadamu anakku?" suara tangis Gulika lirih terdengar.

Wanita tua itu dengan sabar membersihkan kemaluan Mastani dengan kain bersih. Ia memungut satu persatu hewan kecil berwarna putih yang bergerak-gerak itu. Sekelompok belatung yang merayap-rayap di atas paha Mastani.

"Tidurlah anakku. Malam ini berdoalah kepada Dewa agar kau lekas diberi kesembuhan." bisik Gulika.

***

Sudah hampir seminggu ini Nehal melintasi ladang jagung tempat ia biasa bertemu Mastani. Sayangnya ia tidak melihat gadis itu. Ladang jagung itu sepi. Namun Nehal tidak berputus asa. Ia turun dari truk.

"Aku pergi sebentar. Kamu tunggu di sini." ucap Nehal kepada Vishal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun