"Baiklah, cepat kau cari tahu darimana kekuatan itu berasal."
"Baik Tuan."
***
Kedatangan rombongan Teana disambut hangat oleh Rashad dan Aairah. Mereka bertiga terlarut dalam suasana haru. Malam itu adalah malam paling membahagiakan bagi Aairah. Setelah perjamuan makan malam, Teana dan rombongannya beristirahat. Sebab masih banyak urusan yang menanti mereka besok.
"Ibu, malam ini aku akan tidur dengan Almeera. Boleh kan Bu?"
"Iya Nak, tentu. Kau temani Almeera."
"Terimakasih Bu, selamat malam."
Udara malam itu cukup dingin. Teana meminta Almeera untuk menyiapkan selimut yang tebal untuk menghalau dinginnya udara malam. Namun Almeera tiddak menemukan selimut yang diinginkan Teana. sehingga Teana mencari selimut itu sendiri.
"Dimana ibu meletakkan selimutku?" gumam Teana.
Teana mencoba mencari selimut itu di seluruh bagian rumahnya. Hingga akhirnya ia menemukan selimutnya tergantung diatas tali yang direntangkan didekat kandang unta. Ia melangkahkan kaki menuju kandang yang terletak dibelakang. Dengan menahan sedikit hawa dingin, ia berjalan pelan sambil menggosok -- gosokkan kedua telapak tangannya. Namun baru beberapa langkah, tiba -- tiba ia merasakan udara di sekelilingnya berubah panas. Rasa panas yang sama ketika berhadapan dengan lelaki berjubah hitam di Pasar Sabra.
"Ada apa ini? Aku merasa tidak asing dengan udara panas seperti ini." gumam Teana sambil menatap sekelilingnya. Untuk memastikan tidak ada sesuatu yang janggal. Namun Teana hanya menemukan bayangan pohon -- pohon kurma yang tumbuh lebat. Setelah mendapatkan selimut miliknya, Teana melangkahkan kakinya menuju rumahnya.