Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Teana - Taw (Part 27)

2 Oktober 2018   16:51 Diperbarui: 2 Oktober 2018   17:12 621
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Baik Tuan, akan hamba ingat pesan Tuan."

"Sekarang makanlah."

"Terimakasih Tuan."

***

       Keluar dari Penginapan Al Anbath, Teana, Almeera, Kemal dan Rajan berjalan beriringan. Teana dan Almeera menaiki kereta unta yang dikendalikan oleh Kemal. Sedangkan Rajan mengiringi mereka dari atas kudanya. Tak berapa lama mereka telah sampai di gerbang Kota Petra. Seperti apa yang telah diperkirakan Teana sebelumnya, para prajurit penjaga gerbang menghentikan rombongan mereka.

"Maaf Tuan, kami akan memeriksa barang -- barang Tuan." Seorang prajurit berkata kepada Rajan. Rajan pun turun dari atas kudanya dan berjalan menemui Tuannya.

"Tuan, mereka ingin memeriksa barang bawaan kita. Mohon Tuan turun sebentar." ucap Rajan kepada Teana. Teana dan Almeera menuruti ucapan Rajan.

       Setelah kereta unta itu dikosongkan, dua orang prajurit memeriksa kereta itu. Mereka menggeledah barang -- barang yang ada didalam kereta. Termasuk kursi tempat Teana dan Almeera duduk. Mereka menyingkap kursi itu dan menemukan sebuah bungkusan kain berwarna putih.

"Bungkusan apa ini Tuan? Apa isinya? Mengapa terlihat aneh sekali dan agaknya ini cukup berat." tanya prajurit penjaga sambil mengamati bungkusan ditangannya.

       Almeera terlihat pucat dan ketakutan. Ia memandangi Teana. Seolah ingin memberitahukan sesuatu kepadanya. Teana mengerti tanda yang diberikan Almeera. Kemudian ia berjalan mendekati penjaga itu.

"Prajurit, ini bukan apa -- apa. Ini hanya sebuah batu." ucap Teana sambil memainkan jari -- jari tangannya dengan genit di bibir prajurit itu. Sesekali ia bermain mata dengannya. "Jadi... Apalah artinya batu ini buatmu prajurit? Ini, ambillah. Gunakan untuk bersenang -- senang dengan yang lain." bisik Teana tepat di telinga kiri prajurit itu sambil tangannya menukar bungkusan kain putih dengan sekantung koin emas. Bungkusan kain putih ditangan penjaga kini berganti dengan kain berwarna hitam.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun