"I... Iya, aku paham maksud Nyonya." jawab prajurit itu terbata -- bata dengan peluh menetes di pelipisnya. Permainan tangan Teana telah menaikkan hasratnya. "Silakan lanjutkan perjalanan Nyonya."ucapnya kemudian.
***
Dengan meninggalnya Pendeta Al Khuraimat, Taw dan pengikutnya lebih mudah untuk melancarkan setiap aksinya. Kekuatan magis mereka semakin bertambah. Sebab para penduduk jarang melakukan ritual kepada Dewa Dhushara. Pemimpin ritual itu kini telah mati. Sehingga tidak ada kekuatan lain yang sanggup menahan kekuatan Bangsa Bawah. Dulu, pada saat malam tiba, Taw dan beberapa pengikutnya yang setia tidak bisa berbaur dengan para penduduk Kota Hegra. Saat senja sebelum malam tiba, mereka akan pergi ke gua -- gua tak berpenghuni yang jauh dari jangkauan para penduduk Kota Hegra. Disana mereka akan menampakkan wujud asli mereka tanpa ada seorangpun yang mengetahui. Didalam gua itu mereka aman.
Kini sepeninggal pendeta Al Khuraimat, mereka tak perlu mengasingkan diri didalam gua yang sepi, gelap dan pengap itu. Sebab kekuatan magis mereka telah mampu menahan kekuatan Dewa Dhushara. Mereka masih bisa bertahan dalam wujud manusia biasa ketika malam tiba.
***
Teana, Almeera dan Rajan tiba di Kota Hegra. Bulan bersinar cukup terang. Ketika kereta unta mereka memasuki Gerbang Barat Kota Hegra, kedatangan mereka disambut oleh dua orang penjaga gerbang. Setelah melewati pemeriksaan, mereka melanjutkan perjalanan mereka.
Malam belum terlalu larut, Taw dan pengikutnya masih terjaga dan sedang minum anggur didalam tenda mereka.
"Apa kau merasakan sesuatu?" ucap Taw kepada anak buahnya.
"Tidak Tuan, ada apa?"
"Tiba -- tiba aku merasakan sesuatu yang mengancam kita. Tapi entah apa itu. Yang jelas ini bukanlah kekuatan biasa."
"Kalau memang demikian, izinkan hamba mencari tahu sumber kekuatan itu." ucap anak buah Taw.