"Terimakasih Shahed." ucap Almeera tersipu malu. Wajahnya memerah.
"Berhati -- hatilah." pesan Shahed kepada Almeera.
"Iya, terimakasih." balas Almeera. Mereka berdua saling bertatapan. Lalu Shahed mencium punggung tangan Almeera.
Teana hanya bisa tersenyum dari atas untanya. Kemudian Teana memanggil pengikutnya itu.
"Almeeraaaa....."
"Iii... iya Tuan." balas Almeera. "Aku pergi dulu Shahed." ucap Almeera lirih.
"Iya Almeera." balas Shahed.
Mereka berdua berangkat ketika Penginapan Al Anbath mulai terlihat ramai. Satu persatu para pedagang yang menginap disana menata barang dagangan mereka untuk mereka jual di Pasar Sabra. Matahari terlihat sedikit bersinar pagi itu. Penginapan Al Anbath nampak hidup kembali.
***
Sementara itu di Kota Hegra, Taw masih menyimpan dendam kepada orang yang telah melukainya. Ia tidak bisa menerima kekalahannya itu. Luka di lengan kanannya memang telah mengering sedikit demi sedikit dan menimbulkan bekas sayatan yang cukup lebar. Namun ia masih tidak bisa menerima kenyataan bahwa seorang pemimpin Bangsa Bawah telah dikalahkan oleh seorang Bangsa Manusia. Taw harus membalaskan dendamnya ini untuk menebus harga dirinya yang telah diinjak -- injak oleh Bangsa Manusia.
"Aku harus membalas kekalahanku ini." Taw bersumpah dalam hatinya.