***
Teana dan Almeera akhirnya tiba di Kuil Ad Deir. mereka memasuki kuil seperti biasa. sebelum melangkah kedalam, mereka menata jubah dan memakai kerudung mereka, membawa keranjang buah -- buahan dan dupa Myrrh yang telah mereka siapkan sebelumnya. Para pria dan wanita berjubah berlalu -- lalang memasuki kuil dengan aneka persembahan untuk Dewa Dhushara di tangan mereka.
"Silakan masuk Tuan." sambut penjaga kuil dengan ramah sambil menundukkan kepala memberi hormat. Teana membalasnya, kemudian ia masuk kedalam kuil bersama Almeera.
"Hari ini ramai sekali Almeera."
"Benar Tuan, sepertinya sedang ada ritual pemujaan untuk Dewa Dhushara Tuan." jawab Almeera sambil memandang sekeliling ruangan didalam kuil.
"Apakah kau siap Almeera?" tanya Teana menatap wajah Almeera. Demikian pula Almeera.
"Iya Tuan, hamba akan membantu Tuan agar bisa mendekat ke patung itu." balas Almeera dengan sepenuh hati. Teana mengangguk tanda mengerti.
Seperti kebiasaan penduduk Kota Petra, sebelum melakukan ritual, mereka meletakkan persembahan mereka terlebih dulu. Persembahan itu diletakkan diatas meja altar tepat dibawah patung Dewa Dhushara yang terletak didalam ceruk dinding kuil. Di sebelah kiri kanan patung, tergantung dua buah kendi berukuran sedang untuk menancapkan dupa.
Teana mulai mencari tempat untuk berdo'a. Ia berdiri tidak jauh dari patung Dewa Dhushara. Dilihatnya ada dua orang pendeta yang berdiri tak jauh dari meja altar sedang mengawasi orang -- orang yang berdo'a didalam kuil. Ia memutar otaknya agar bisa mendekat dan menyentuh patung itu. Hingga akhirnya ia mendapat sebuah cara.
"Almeera, pergilah berbicara kepada kedua pendeta itu. Alihkan perhatian mereka. Sebisa mungkin kau ajak mereka untuk sedikit menjauh dari meja altar agar mereka tidak melihatku." bisik Teana.
"Baiklah Tuan, akan hamba coba." jawab Almeera dengan yakin.