"Minuman rempah hangat dengan sedikit madu. Kau mau coba?"
"Hmm... Boleh, satu gelas saja. Udara malam ini cukup dingin. Tidak seperti biasanya."
"Kau benar. Minumlah ini agar tubuhmu menjadi hangat."
"Terimakasih."
Kedua prajurit itu larut dalam percakapan mereka. Tanpa mereka sadari, sepasang mata mengintai dari balik perdu tinggi yang tumbuh di sekitar peternakan. Mata itu menyala kemerah -- merahan dengan suara mendesis pelan. Menunggu saat yang tepat untuk menyerang mangsanya.
Dengan gerakan cepat, muncullah sesosok bayangan dari balik perdu. Bergerak memasuki peternakan unta. Malam yang sepi berubah menjadi riuh. Ringkihan unta terdengar cukup keras dari dalam peternakan. Sehingga membuat dua prajurit penjaga menjadi sigap.
"Kau dengar itu?"
"Ya, aku mendengarnya."
"Ayo kita periksa kedalam."
Dua prajurit itu bergegas masuk kedalam peternakan dengan membawa pedang. Namun setelah pintu peternakan dibuka, mereka dibuat kaget. Sesosok lelaki tinggi besar berbadan ular dengan lidah ular yang menjulur -- julur keluar berdiri tegak menghadang jalan mereka.
Kedua prajurit itu berusaha menyerang dengan pedang mereka. Tanpa merasa kesulitan, lelaki berbadan ular itu meliuk -- liuk menghindari serangan pedang yang membabi buta. Dan akhirnya salah seorang dari mereka lemas seketika dalam lilitan ekornya. Diangkatnya prajurit itu ke udara. Lalu manusia ular itu dengan mudahnya menancapkan taringnya menembus urat nadi di leher si prajurit. Tubuh prajurit itu menegang beberapa saat. Kulitnya berubah menjadi pucat.