Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Teana - Jabal Ethlib (Part 20)

28 Juli 2018   11:07 Diperbarui: 28 Juli 2018   11:34 728
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Siang itu Jabal Ethlib cukup panas, beberapa rombongan pendatang berbondong -- bondong memasuki Kota Hegra. Mereka kelihatan sangat kelelahan. Pria, wanita dan anak -- anak  nampak memenuhi punggung -- punggung unta dan kuda. Menyatu dengan bungkusan besar yang tergantung diatasnya. Keadaan seperti ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Gelombang pendatang yang memasuki Kota Hegra kali ini lebih besar. Sehingga membuat beberapa penjaga gerbang sebelah Utara kota merasa sedikit kewalahan.

"Hei... Jangan berebutan, satu -- satu jalannya!" teriak penjaga gerbang.  Rombongan pendatang itu mulai sedikit tertib. Tangisan anak -- anak, roda gerobak yang berderit serta ocehan para wanita yang merasa kelelahan sepanjang perjalanan berbaur menjadi satu. Suasana menjadi sedikit riuh namun terkendali.

Para prajurit kerajaan terlihat sibuk memeriksa barang -- barang bawaan para pendatang. Satu persatu mereka membuka bungkusan kain yang tergantung diatas punggung -- punggung unta. Memastikan tidak ada sesuatu yang membahayakan.  Dari kejauhan nampak Qasr Al Binth. Pemukiman itu nampak ramai. Banyak orang berlalu -- lalang disana. Mereka sibuk dengan urusannya msing -- masing. Para pembesar kerajaan bermukim disana. Mengatur segala urusan kerajaan dari balik tenda -- tenda yang berdiri dengan megah.

 "Rombongan Tuan darimana?" tanya seorang lelaki.

"Kami semua pendatang dari Petra, kami kemari untuk mengungsi dan menetap sementara disini."

"Baiklah, kami akan segera memeriksa rombongan Tuan."

Kemudian lelaki itupun segera keluar dari tendanya. Memeriksa jumlah rombongan yang sedang menunggu di luar tenda.

Beberapa saat kemudian...

 "Ini tanda pengenalmu Tuan, jangan lupa bawalah  ini ketika kau hendak memasuki atau meninggalkan Kota Hegra." ucap lelaki itu sambil menyerahkan kepingan logam berlambangkan kepala Raja Aretas IV. Kemudian ia memberikan beberapa penjelasan kepada pemimpin rombongan.

"Terimakasih banyak atas penjelasannya Tuan...."

"Ghalib, panggil saja Ghalib." jawab lelaki itu singkat.

"Baik, Tuan Ghalib. Terimakasih banyak."

Pemimpin rombongan itu segera mengumpulkan beberapa pengikutnya. Memberikan pengarahan seperlunya kepada mereka. Apa yang harus mereka lakukan dan mereka persiapkan di Kota Hegra. Dalam beberapa hari, kejadian ini terdengar sampai ke telinga Raja Aretas IV. Raja mendengar laporan ini dari beberapa para pembesar kerajaan. Sehingga ia memanggil Ghalib untuk datang menghadapnya.

"Benar Yang Mulia. Beberapa hari terakhir ini banyak sekali para penduduk Kota Petra berdatangan kemari."

"Sudahkah kau menyelidiki apa penyebabnya?"

"Belum Yang Mulia, yang hamba tahu mereka datang kemari untuk mengungsi. Mereka bilang keadaan Kota Petra makin tidak aman."

"Apa penyebabnya?"

"Maaf Yang Mulia, hamba belum menyelidiki sejauh itu."

"Kalau begitu, segera kau bawa beberapa prajurit bersamamu. Berangkatlah ke Kota Petra. Pastikan keadaannya aman.

"Baik Yang Mulia. Perintah dilaksanakan."

                                  ***

       Semenjak makin banyaknya para pendatang, Kota Hegra makin tidak aman. Banyak teror yang dialami para penduduk. Kota yang dulunya tenang, kini mendadak gempar. Merebaknya wabah penyakit, matinya hewan ternak hingga meninggalnya seorang penduduk akibat sesuatu yang tidak jelas, menyebabkan suasana Kota Hegra kini menjadi mencekam.

"Apakah kau mengenal lelaki yang tinggal di tenda itu?" tanya seorang penduduk sambil menunjuk sebuah tenda besar dihadapannya.

"Tenda yang mana maksudmu? Apakah tenda besar di belakang Qasr Al Farid itu?"

"Benar. Apakah ia pedagang juga disini?"

"Sepertinya begitu. Dengar -- dengar dia dan rombongan dagangnya baru sampai disini minggu lalu. Dan pihak kerajaan memberinya tempat untuk mendirikan tenda mereka di Qasr Al Farid. Bergabung bersama para pedagang pendatang yang lainnya."

"Firasatku berkata tidak demikian. Aku merasa lelaki yang tinggal didalam tenda itu sedikit aneh. Coba kau amati ukuran tubuhnya yang tinggi besar. Berbeda dengan ukuran tubuh para penduduk disini."

"Aah... kau terlalu curiga. Wajar saja jika ia memiliki tubuh tinggi besar. Bukankah ia pedagang pendatang. Kita tidak tahu darimana asal lelaki itu. bisa saja ia berasal dari pulau yang jauh yang dihuni oleh orang bertubuh tinggi besar seperti dirinya."

"Tidak, kau salah. Aku yakin lelaki itu menyimpan sebuah rahasia. Seperti dirinya yang selalu memakai burka sepanjang siang dan malam. Seolah ada sesuatu yang berusaha ia sembunyikan dari kita." bisiknya kepada temannya.

"Sudahlah, ayo kita pergi dari sini." ajak temannya seiring keluarnya pemilik tenda itu.

       Malam mulai larut. Kota Hegra sepi seperti malam -- malam biasanya. Bunyi musik gambus dan seruling mengalun pelan dari dalam kedai -- kedai minuman yang masih nampak ramai pengunjung. Mereka sedang asyik menikmati hiburan malam bersama para wanita -- wanita penghibur di kedai yang menawarkan kenikmatan dunia.

       Mereka tidak menyadari bahwa sekumpulan kekuatan gelap sedang merangkak menuju pusat Kota Hegra. Malam itu, di keheningan yang cukup menenangkan. Di kegelepan yang membutakan. Perlahan -- lahan turunlah sekelompok bayangan hitam dari atas tebing Jabal Ethlib. Melesat cepat kebawah. Menjelma menjadi sesosok manusia berjubah hitam dengan cadar menutupi wajah mereka. Mereka berjalan beriringan menuju pusat Kota Hegra. Tepatnya di Qasr Al Farid.

Didalam tenda...

"Apakah semuanya terkendali?"

"Semuanya berjalan lancar Yang Mulia. Hamba telah menyebarkan wabah penyakit ke seluruh pelosok Kota Hegra."

"Bagus Taw, kau memang prajurit yang bisa aku andalkan. Sebarkan terus penyakit itu. musnahkan ternak -- ternak dan ladang kurma milik penduduk. Aku ingin mereka berpaling dari Dhushara. Aku ingin mereka menjadi pengikutku seutuhnya. Akan aku kuasai seluruh Kota Hegra ini." ucap Yodh sambil tersenyum penuh kemenangan.

"Baik Yang Mulia." ucap Taw sambil menundukkan kepalanya.

       Sesaat kemudian Yodh dan kedua anak buahnya lenyap. Kepulan asap hitam membumbung ke udara.

***

Kota Hegra di pagi hari...

       Orang -- orang dibuat gempar dengan penemuan bangkai hewan ternak di salah satu rumah penduduk. Kambing -- kambing itu mati tanpa sebab yang jelas. padahal beberapa hari sebelumnya mereka masih nampak sehat dan gemuk.

"Mungkin kambingmu memang sakit, sehingga  banyak yang mati."

"Tidak, kambing -- kambingku semuanya sehat dan gemuk. Bahkan dua hari sebelumnya aku menyembelih tiga kambingku yang paling besar untuk aku persembahkan kepada Dewi Allat di Kuil yang ada di Al Khuraimat. Agar kambingku diberi kesuburan dan cepat beranak. Para pendeta disana sangat senang atas persembahanku. Dan mereka menjamin jika kambingk u akan beranak -- pinak makin banyak."

       Penjelasan pemilik ternak itu cukup masuk akal. Sehingga kejadian ini membuat para penduduk Kota Hegra kebingungan bercampur rasa takut. Sebab bangkai kambing -- kambing itu semuanya mengering dalam semalam. Darah kambing -- kambing itu seperti telah dihisap habis satu persatu tak menyisakan ceceran darah sedikitpun.

"Makhluk apa gerangan yang telah membunuh kambing -- kambing ini?" gumam salah seorang penduduk ketakutan.

       Dalam beberapa hari setelah kejadian itu, satu persatu hewan ternak penduduk mati. Kambing, kuda dan unta menjadi sasarannya. Hal ini membuat seluruh penjuru Kota Hegra dilanda kecemasan. Sebab kejadian ini tidak pernah terjadi sebelumnya. Para penduduk tidak bisa membiarkan hal ini terus terjadi. Akhirnya melaporkannya kepada Rashad dan Ghalib yang merupakan pembesar kerajaan.

       Siang itu udara cukup panas di Qasr Al Binth. Para prajurit berkali -- kali menyirami tenda -- tenda yang dihuni para pembesar kerajaan dengan air. Beberapa saat kemudian datanglah lima orang lelaki dengan menunggangi unta masing -- masing. Mereka hendak menemui Rashad disana.

"Maaf Tuan Rashad, kami penduduk dari wilayah Qasr As Saneea. Kami mengetahui keberadaan Tuan Rashad dari teman kami bernama Tuan Ahmad, beliau adalah penjual minuman anggur."

"Ahmad? Rashad bergumam, "Oh iya, aku ingat. Beliau adalah pelangganku. Ada apa kalian kemari?"

"Benar Tuan, kami kemari ingin mengadu perihal kematian hewan ternak kami yang tidak wajar. Kami merasa ketakutan atas teror ini Tuan."

"Baiklah, masuklah ke dalam tenda. Ceritakan saja didalam. Udara disini cukup panas." ajak Rashad ramah.

***

       Beberapa hari setelah Rashad menerima laporan itu, para prajurit nampak berjaga -- jaga di wilayah Qasr As Saneea. Setiap kelompok tenda -- tenda terdapat dua hingga tiga prajurit. Begitu juga di setiap sudut peternakan di wilayah ini selalu dijaga seorang prajurit. Para penduduk mulai sedikit tenang.

       Malam telah tiba, dua orang prajurit nampak berjaga -- jaga di peternakan unta milik penduduk.

                "Kau sedang membuat apa?"

                "Minuman rempah hangat dengan sedikit madu. Kau  mau coba?"

                "Hmm... Boleh, satu gelas saja. Udara malam ini  cukup dingin. Tidak seperti biasanya."

                "Kau benar. Minumlah ini agar tubuhmu menjadi hangat."

                "Terimakasih."

       Kedua prajurit itu larut dalam percakapan mereka. Tanpa mereka sadari, sepasang mata mengintai dari balik perdu tinggi yang tumbuh di sekitar peternakan. Mata itu menyala kemerah -- merahan dengan suara mendesis pelan. Menunggu saat yang tepat untuk menyerang mangsanya.

       Dengan gerakan cepat, muncullah sesosok bayangan dari balik perdu. Bergerak memasuki peternakan unta. Malam yang sepi berubah menjadi riuh. Ringkihan unta terdengar cukup keras dari dalam peternakan. Sehingga membuat dua prajurit penjaga menjadi sigap.

                "Kau dengar itu?"

                "Ya, aku mendengarnya."

                "Ayo kita periksa kedalam."

       Dua prajurit itu bergegas masuk kedalam peternakan dengan membawa pedang. Namun setelah pintu peternakan dibuka, mereka dibuat kaget. Sesosok lelaki tinggi besar berbadan ular dengan lidah ular yang menjulur -- julur keluar berdiri tegak menghadang jalan mereka.

       Kedua prajurit itu berusaha menyerang dengan pedang mereka. Tanpa merasa kesulitan, lelaki berbadan ular itu meliuk -- liuk menghindari serangan pedang yang membabi buta. Dan akhirnya salah seorang dari mereka lemas seketika dalam lilitan ekornya. Diangkatnya prajurit itu ke udara. Lalu manusia ular itu dengan mudahnya menancapkan taringnya menembus urat nadi di leher si prajurit.  Tubuh prajurit itu menegang beberapa saat. Kulitnya berubah menjadi pucat.

       Melihat temannya telah mati, segera ia berlari menjauh. Ia tak ingin mengalami nasib yang sama seperti temannya. Ia berlari sekencang -- kencangnya menuju pemukiman penduduk di Qasr As Saneea. Meminta bantuan kepada penduduk disana. Mendengar teriakan prajurit itu, para penduduk berhamburan keluar dari tenda.

                "Ada apa prajurit? Mengapa kau berteriak -- teriak di malam selarut ini? Apa yang terjadi padamu?" tanya

                seorang penduduk.

       Setelah prajurit itu menceritakan apa yang terjadi kepadanya, beberapa lelaki yang memiliki nyali berangkat menuju ke peternakan yang dimaksud. Namun sayangnya manusia ular seperti yang diceritakan si prajurit telah lenyap dari peternakan unta itu. Hanya bangkai -- bangkai unta yang nampak di tempat kejadian.

                "Sebaiknya kita pulang dulu. Sekarang sudah larut  malam. Besok pagi saja kita melapor kepada Tuan

                Rashad."

***

Keesokan pagi...

       Rashad mengadakan pertemuan dengan beberapa penduduk Qasr As Saneea untuk membahas masalah yang terjadi di Kota Hegra. Dari hasil pertemuan itu, Rashad bersedia untuk melatih para penduduk di seluruh wilayah yang ada di Kota Hegra. Terutama penduduk dari wilayah Qasr As Saneea dan Qasr Al Farid yang memiliki banyak lelaki muda yang tangguh.

"Segera kumpulkan para penduduk. Kita akan mengadakan latihan pedang bersama untuk menghadapi musuh yang mengancam Kota Hegra.

       Beberapa hari kemudian, Rashad dan Galata serta beberapa lelaki muda yang ada di Kota Hegra telah berkumpul di dekat Jabal Ethlib. Mereka berlatih ilmu pedang dan tombak.

"Ayo... Kalian harus bangkit. Jangan menjadi bangsa yang lemah. Bangsa Nabataea adalah bangsa yang kuat. Kita harus lebih tangguh daripada musuh kita." teriak Rashad membakar semangat para penduduk.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun