"Tuan, hamba ingin mengusulkan sesuatu."
"Apa itu Almeera? Katakan saja."
Kemudian Almeera menceritakan pertemuannya dengan peramal Petra itu. Peramal itu mengatakan bahwa kejadian demi kejadian yang ada di Kota Petra adalah akibat Dewa Dhushara murka. Karena penduduk tidak melakukan pemujaan kepadanya lagi. Persembahan yang dulu biasa diberikan, kini mulai jarang diberikan. Dan yang lebih parah lagi adalah penduduk Petra tidak tahu bahwa patung yang selama ini mereka sembah adalah patung baru buatan manusia. Bukan patung dewa dhushara yang berasal dari nenek moyang mereka.
Teana mendengarkan cerita Almeera baik -- baik. Ia mengambil posisi duduk diatas ranjangnya. Mencoba mencerna apa yang diceritakan Almeera dan memikirkan langkah yang akan diambilnya kemudian.
"Jadi, patung yang selama ini kita sembah adalah patung palsu?" tanya Teana pelan. Takut ada orang yang mendengar percakapan mereka.
"Benar Tuan." jawab Almeera singkat.
"Lalu, bagaimana caranya kita membuktikan kepalsuan patung Dewa Dhushara itu?"
"Saya tahu caranya Tuan."
"Katakan."
"Dengan meraba patung itu dan memeriksa apakah dibelakang patung itu terdapat simbol segitiga yang melambangkan gunung."
"Mengapa kita harus merabanya?"