"Tuan Ahmad yang mana Nyonya?" tanya Kishwar.
"Penjual minuman anggur di dekat Qasr As Saneea. Ia meminta anggurnya dikirim sore ini."
"Baik Nyonya. Akan segera saya kirim."
Pagi itu Aairah mengawasi para pekerjanya di perkebunan anggur miliknya. Ia dan beberapa pekerja disana sedang sibuk memanen anggur yang baru masak.
Tiba -- tiba ia teringat putrinya Teana.
"Teana... Kapan kau pulang?"gumam Aairah.
Sejak kepergian Teana beberapa bulan yang lalu, Aairah jarang sekali mendapatkan kabar darinya. Ia lebih sering mendengar kabar Teana dari pedagang Hegra yang baru pulang dari Petra.
"Putrimu baik -- baik saja Nyonya, ia sehat dan semakin cantik. Ia juga menitip salam untukmu. Ia mengatakan akan segera pulang ke Hegra begitu urusannya selesai."
Sebagai seorang pedagang yang kaya dan disegani, tidak sulit bagi Aairah untuk mendapatkan sesuatu. Termasuk mendapatkan kabar tentang putrinya Teana. Tanpa ia minta, tetangga atau teman sesama pedagang memberitahunya saat mereka memesan barang dagangan kepada Aairah.
Meskipun kehidupan Aairah terlihat sempurna, namun di hatinya masih terasa kosong. Terutama beberapa bulan ini.
Ia merindukan putrinya.