"Tentu Tuan, akan segera saya kirim setibanya di Kota Hegra. Semua akan saya atur secepat mungkin."
"Bagus, saya sangat senang bekerjasama dengan Tuan. Ini saya serahkan satu peti koin emas sebagai pembayarannya. Sisanya akan Tuan terima setelah Tuan mengirimkan Myrrh pesanan saya." jawab Tuan Mahmud sambil menyerahkan sebuah peti kayu kecil berukir motif bunga.
"Terimakasih Tuan, saya terima separuh pembayaran Myrrh ini." ucap Rashad gembira.
"Sama -- sama Tuan. Oh ya, silakan makan -- makan dulu didalam. Pelayan sudah menyiapkan jamuan untuk Tuan Rashad dan rombongan. Mari silakan." ajak Tuan Mahmud ramah.
Mendengar tawaran makan tersebut, Rashad menolaknya secara halus.
"Maaf Tuan, bukan maksud kami menolak jamuan makan ini. Namun kami mengejar waktu agar bisa tiba di Kota Hegra sebelum malam tiba. Tuan juga tahu sendiri berapa mil jarak Kota Hegra dari sini."
"Hmm... Kau benar sekali Tuan Rashad. Terlalu beresiko melakukan perjalanan malam sambil membawa banyak barang dagangan. Banyak para penjarah berkeliaran."
"Apakah ucapan Tuan barusan berhubungan dengan ketatnya penjagaan di gerbang utama kota?" tanya Rashad penasaran.
Dan cerita bergulir. Tuan mahmud menceritakan awal mula maraknya penjarahan di Kota Petra hingga musibah yang menimpa Kota Petra selama sepuluh tahun terakhir ini.
Rashad hanya bisa mengangguk paham. Mendengarkan baik -- baik cerita itu mengalir dari mulut Tuan Mahmud.
"Terimakasih atas penjelasan Tuan, saya akan berhati -- hati dalam perjalanan pulang nanti." ucap Rashad.