Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana

Teana - Myrrh (Part 12)

13 Oktober 2017   07:27 Diperbarui: 13 Oktober 2017   07:32 724
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi: goldwallpapers.com

"Silakan masuk Tuan... Masih banyak kamar yang kosong... Mari...." sambut salah seorang pelayan penginapan.

Rashad segera memerintahkan Karam untuk mengurus keperluan rombongan.

"Karam, uruslah segala keperluan rombongan kita. Jangan sampai ada yang kekurangan. Penuhi semua kebutuhan para rombongan." perintah Rashad.

"Baik Tuan, akan hamba laksanakan." jawab Karam.

Karam segera berlalu dari hadapan Rashad. Ia berjalan menemui pemilik penginapan. Memesan segala keperluan rombongan.

"Teana, malam ini kau tidur bersama Ayah, biar Galata tidur dengan Karam." ucap Rashad.

"Baiklah Ayah." balas Teana.

Setelah membereskan barang dagangan mereka,  rombongan Rashad kemudian menuju kamarnya masing -- masing.

Sebentar kemudian, Karam berjalan menemui Tuannya yang berdiri tak jauh darinya.

"Tuan, jamuan makan malam akan siap satu jam lagi. Silakan Tuan dan keluarga Tuan membersihkan diri dahulu." bisik Karam pelan disebelah Rashad.

Rashad mengangguk tanda mengerti. Segera ia menemui kedua anaknya.

"Teana... Galata... Ayo segera bersihkan badan kalian. Ayah juga. Setelah itu kita berkumpul di ruang utama untuk menikmati makan malam yang akan siap dalam satu jam lagi." ucap Rashad.

"Baik Paman," jawab Galata.

"Teana, kau ikut Ayah."

"Iya Ayah."

Malampun mulai merangkak gelap. Tak lebih dari setengah jam, rombongan Rashad telah berkumpul di ruang utama penginapan.

Di ruang itu nampak meja berukuran besar. Diatasnya dipenuhi berbagai jenis makanan.

Para pelayan penginapan mulai sibuk menyiapkan makanan dan minuman untuk tamu. Satu persatu keluar masuk dapur sambil membawa nampan kayu.

Aroma harum menyerbak memenuhi ruangan itu. Aroma berbagai macam bumbu masakan. Sebagian pelayan mulai menata meja makan. Gelas -- gelas dari keramik dijejer dengan rapi menegelilingi guci -- guci kecil berisikan minuman sari buah.

Dalam sekejap meja makan itu telah dipenuhi oleh makanan dan minuman beraneka rasa. "Sempurna..."gumam Rashad yang berdiri tak jauh dari meja makan.

Karam yang mengetahui kedatangan Tuannya segera berjalan menemui Rashad.

"Tuan, silakan. Semuanya sudah menunggu Tuan." ucap Rashad sambil sedikit membungkukkan badannya didepan Rashad.

Malam itu Rashad nampak gagah dengan jubahnya. Berwarna biru gelap bersulamkan benang kuning keemasan. Ia memakai sorban berhiaskan batu permata biru ditengahnya.

Begitupun Galata dan Teana. Sebagai anak pedagang besar di Kota Hegra, mereka berpenampilan cukup sempurna malam itu.

Galata memakai jubah hitam dan sorban berwarna merah yang dihiasi bulu merak hitam diatasnya.

Sedangkan Teana memakai jubah berwarna hijau gelap dan kerudung berwarna senada. Dengan berbagai manik -- manik yang disulam sangat indah diatas kerudung itu. Membuatnya semakin anggun dan cantik di usianya yang masih belia.

"Mari Tuan, silakan duduk disini bersama Tuan Galata." ucap Karam ramah.

"Terima kasih Karam," jawab Teana singkat. Lalu iapun duduk dengan anggunnya.

"Silakan Tuan," Karam mempersilakan Galata untuk duduk setelah ia menarik kursi yang dipegangnya.

"Terima kasih banyak Karam," ucap Galata.

Semua rombongan Rashad kini telah duduk di kursi masing -- masing. Mengelilingi jamuan lezat diatas meja besar.

Jamuan yang mengundang selera bagi yang melihatnya. Jamuan yang menggoda bagi yang menghirup aromanya.

Jamuan itu menunggu untuk disantap.

Rashad membuka acara jamuan makan malam itu...

"Terima kasih atas kedatangan kalian disini malam ini. Sebagai pemimpin rombongan, aku sangat berterimakasih atas jerih payah kalian membantuku selama sehari penuh. Berkat usaha dan kerja keras kalian, hari ini barang dagangan kita hampir habis terjual. Bahkan banyak permintaan Myrrh dari para pelanggan yang harus kita penuhi. Itu artinya kita masih harus bekerja keras lagi saat kita kembali ke Kota Hegra nanti." ucap Rashad sambil tersenyum bangga.

"Mari kita bersulang untuk Tuan Rashad," ucap Karam dengan suara keras sambil mengangkat gelas miliknya.

"Hidup Tuan Rashaaad..." balas yang lain hampir bersamaan.

Merekapun minum bersama. Larut dalam kebahagiaan dan suka cita atas apa yang mereka dapatkan selama sehari.

"Mari... Mari kita nikmati makanan dan minuman ini. Habiskan semua. Ini untuk keberhasilan kita." ucap Rashad kepada pengikutnya.

Rashad dan anak buahnya segera mengambil makanan yang tersedia. Menuangkan guci -- guci berisi minuman lezat. Sari kurma, anggur hitam dan sari buah -- buahan beraneka rasa tersaji disana.

Daging kambing panggang, daging burung bakar berlumur bumbu rempah -- rempah serta daging sapi yang dibakar dengan madu membuat nafsu makan orang -- orang menjadi tak terbendung lagi.

"Ayo Galata, kau harus makan ini. Kau harus mencobanya. Ini nikmat sekali." ucap Teana sambil menyodorkan irisan daging sapi untuk Galata.

"Terimakasih Teana. Biar aku ambil sendiri. Kau tak perlu repot melayaniku." ucap Galata sedikit malu.

"Ah... Kau ini. Biasa saja. Santai saja. Nikmati apa yang ada malam ini."

"Iya Teana."

Makan malam itu berlangsung sangat menyenangkan. Semua orang merasa puas. Mereka berterima kasih kepada Rashad atas jamuan makan yang disajikan untuk mereka.

Setelah berpamitan, satu persatu mulai meninggalkan ruang utama penginapan. Mereka kembali menuju kamar masing -- masing.

Demikian halnya Rashad, Teana dan Galata.

"Teana, ayo kita tidur. Dan kau Galata, segera kembali ke kamarmu dan beristirahatlah. Besok perjalanan kita masih panjang." ucap Rashad.

"Baik Paman, aku masuk dulu ke kamarku." ucap Galata.

"Iya, silakan."

Galata pergi menuju kamarnya. Demikian pula Rashad dan Teana.

Malam itu semua orang mulai terlelap. Rasa kantuk mulai menyerang.

Cahaya bintang mulai memenuhi langit. Burung malam muncul satu persatu di angkasa.

Pertanda malam semakin larut dan gelap.

***

Keesokan harinya...

Suasana penginapan pagi itu cukup ramai. Para tamu nampak memenuhi ruang utama. Menikmati santapan yang dihidangkan.

Sebagian dari mereka menikmati kopi panas. Kopi arab yang terkenal dengan aromanya yang khas. Sambil bercakap -- cakap, mereka menyesap kopi dalam cangkir keramik. Sesekali mereka mengambil buah kering yang ada didepan mereka.

"Bagaimana tidurmu semalam Galata?"tanya Rashad.

"Iya Paman. Sepertinya jamuan makan semalam cukup membuat perutku kenyang. Sehingga aku bisa tidur dengan nyenyak." jawab Galata sambil tersenyum.

"Baguslah... Itu artinya kau pasti sanggup untuk melanjutkan perjalanan kita ini."

"Kita akan berdagang kemana lagi Paman?"tanya Galata bersemangat.

"Hari ini ada seseorang yang harus aku temui di Kuil Agung."

"Kuil Agung? Dimana itu Paman?"

"Letaknya tidak jauh dari sini. Setelah kita memasuki gerbang utama kota, kita akan menjumpai kuil itu berdiri megah disana. Kau pasti penasaran bukan?"

"Iya Paman, ajaklah aku kesana. Aku benar -- benar ingin mengetahui keberadaan kuil itu."

"Baiklah, sekarang segera kau kemasi barang -- barangmu. Panggillah Teana. Kita akan berkemas meninggalkan penginapan ini."

"Baik Paman, segera aku kerjakan."

***

Pagi itu mulai sedikit panas. Matahari bersinar cukup terik. Rombongan Rashad bersiap -- siap untuk meninggalkan penginapan.

"Kami pergi dulu, terimakasih atas pelayanan yang telah kau berikan." ucap Rashad setelah membayar sewa penginapan kepada Ameer. Pemilik penginapan.

"Sama -- sama Tuan, silakan berkunjung kemari jika Tuan datang lagi ke Petra." balas Ameer sambil memberikan sebungkus manisan buah zaitun sebagai ucapan terimakasih.

"Zaid... Tolong kau bantu Tuan ini membawakan barang -- barangnya." teriak Ameer.

"Baik Tuan..." sahut Zaid dari dalam yang segera berlari menemui Rashad.

"Mari Tuan, biar saya bawakan barang -- barang Tuan."

"Terimakasih." ucap Rashad sambil berjalan keluar yang diikuti oleh Ameer dan Karam di belakangnya.

Sementara itu diluar telah menunggu beberapa orang anak buah Rashad.

Galata dan Teana juga telah siap diatas kereta kudanya.

"Teana... Galata... apakah kalian berdua sudah siap?" teriak Rashad tak jauh dari kereta kuda mereka.

"Iya Ayah." sahut Teana.

Rombongan itu perlahan meninggalkan penginapan Ameer. Rashad memimpin di depan. Karam dan anak buahnya mengikuti di belakang kereta kuda Teana.

Beberapa menit berlalu. Rombongan itu telah memasuki gerbang utama Kota Petra. Gerbang itu terdiri dari tiga pintu masuk dengan bagian atas melengkung. Satu pintu di bagian tengah adalah pintu yang paling besar dan lebih tinggi dari kedua pintu di kiri kanannya yang berukuran sama.

Sebuah pahatan burung elang sedang mengepakkan sayapnya terdapat dibagian atas pintu utama. Nampak gagah.

Kemegahan gerbang kota mengisyaratkan bahwa Kota Petra adalah kota perdagangan terbesar di Semenanjung Arab. Kota yang menjadi pusat perdagangan dan persinggahan beberapa negara di wilayah Arab.

Nampak beberapa penjaga berpenampilan seperti prajurit Romawi berdiri sigap disana. Dibawah pintu gerbang utama tersebut.

Lengkap dengan perisai dan tombak di tangan mereka.

Debu pasir beterbangan di udara. Menambah panas udara pagi itu.

"Maaf Tuan. Kami harus memeriksa barang bawaan Tuan beserta rombongan." ucap seorang prajurit kerajaan.

"Kami adalah rombongan pedagang Tuan, kami tak bermaksud jahat." jawab anak buah Rashad.

Rashad nampaknya mengerti situasi. Ia kemudian menyahut.

"Silakan Tuan, silakan periksa barang bawaan rombongan kami karena itu adalah peraturan kerajaan. Dengan senang hati kami mengizinkannya." jawab Rashad sambil memberi isyarat kepada Karam agar mempersilakan para prajurit kerajaan itu untuk memeriksanya.

Pemeriksaan pihak kerajaan tidak membutuhkan waktu lama. Karena rombongan Rashad dianggap tidak membahayakan dan benar -- benar rombongan pedagang.

"Prajurit.... Persilakan rombongan Tuan ini untuk masuk kota.!"

"Baik Tuan...!"

Dengan perlahan rombongan Rashad memasuki Kota Petra. Di sepanjang jalan, mereka melihat pilar -- pilar kokoh tinggi menjulang.

Pilar -- pilar itu bergaya khas Bangsa Romawi. Dengan ukiran bunga -- bunga dibagian atas dan bawah pilar.

Setelah melewati gerbang kota, rombongan Rashad disambut oleh megahnya Kuil Singa Bersayap. Kuil itu berada di ketinggian tiga meter diatas tanah. Dengan tinggi pondasi kuil dua meter.

Banyak orang berlalu -- lalang didepan kuil. Nampaknya mereka adalah para pembesar di Kota Petra. Itu nampak dari jubah yang mereka pakai. Berbeda dengan jubah penduduk yang lain.

"Ayah, kita akan pergi kemana?" ucap Teana setelah ia dan Galata turun dari kereta kuda dan berjalan mengikuti Rashad dari belakang.

"Kita akan menemui teman ayah. Beliau adalah pedagang rempah -- rempah dan obat -- obatan di Petra.

Sementara mereka bertiga menuju rumah Tuan Mahmud, Karam sibuk mencari tempat untuk berteduh bagi unta -- unta mereka. Agar ia bisa membongkar barang dagangan yang hendak dijual.

"Itu rumah Tuan Mahmud." ucap Rashad sambil menunjuk ke salah satu rumah yang paling megah didepan mereka.

"Besar sekali..." gumam Galata. Pandangan matanya tak berpaling sedikitpun. Ia dibuat kagum oleh megahnya rumah Tuan Mahmud.

"Hai Galata... mengapa kamu diam disana, ayo ikut masuk." teriak Teana. Galata segera berlari kecil mengikuti Teana.

***

Seorang pelayan wanita bercadar menyambut Rashad di pintu rumah. Ia kemudian mempersilakan Rashad untuk masuk. Demikian pula Teana dan Galata.

Tuan Mahmud segera keluar dan menemui mereka. Pertemuan itu dibuka dengan suguhan hidangan lezat dan beberapa cangkir minuman diatas meja. Mereka sangat menikmati hidangan tersebut.

Setelah tawar menawar yang cukup panjang...

"Saya akan membeli minyak Myrrh Tuan, segera kirim kemari. Karena permintaan Myrrh makin meningkat. Terutama para bangsawan Petra. Mereka selalu memesan Myrrh dalam jumlah banyak." ucap Tuan Mahmud.

"Tentu Tuan, akan segera saya kirim setibanya di Kota Hegra. Semua akan saya atur secepat mungkin."

"Bagus, saya sangat senang bekerjasama dengan Tuan. Ini saya serahkan satu peti koin emas sebagai pembayarannya. Sisanya akan Tuan terima setelah Tuan mengirimkan Myrrh pesanan saya." jawab Tuan Mahmud sambil menyerahkan sebuah peti kayu kecil berukir motif bunga.

"Terimakasih Tuan, saya terima separuh pembayaran Myrrh ini." ucap Rashad gembira.

"Sama -- sama Tuan. Oh ya, silakan makan -- makan dulu didalam. Pelayan sudah menyiapkan jamuan untuk Tuan Rashad dan rombongan. Mari silakan." ajak Tuan Mahmud ramah.

Mendengar tawaran makan tersebut, Rashad menolaknya secara halus.

"Maaf  Tuan, bukan maksud kami menolak jamuan makan ini. Namun kami mengejar waktu agar bisa tiba di Kota Hegra sebelum malam tiba. Tuan juga tahu sendiri berapa mil jarak Kota Hegra dari sini."

"Hmm... Kau benar sekali Tuan Rashad. Terlalu beresiko melakukan perjalanan malam sambil membawa banyak barang dagangan. Banyak para penjarah berkeliaran."

"Apakah ucapan Tuan barusan berhubungan dengan ketatnya penjagaan di gerbang utama kota?" tanya Rashad penasaran.

Dan cerita bergulir. Tuan mahmud menceritakan awal mula maraknya penjarahan di Kota Petra hingga musibah yang menimpa Kota Petra selama sepuluh tahun terakhir ini.

Rashad hanya bisa mengangguk paham. Mendengarkan baik -- baik cerita itu mengalir dari mulut Tuan Mahmud.

"Terimakasih atas penjelasan Tuan, saya akan berhati -- hati dalam perjalanan pulang nanti." ucap Rashad.

"Lebih baik begitu. Selalu waspadalah selama perjalanan. Lengkapi dirimu dan rombongan dengan persenjataan." ujar Tuan Mahmud menasehati.

"Baik Tuan, terimakasih atas nasehat Tuan. Sudah waktunya kami pergi."

"Hati -- hati."

Hari itu Rashad berhasil menjual banyak botol Myrrh kepada Tuan Mahmud. Sebuah kabar yang menggembirakan baginya dan rombongannya.

"Ayah memang hebat," puji Teana.

"Iya, Paman memang pedagang Myrrh yang hebat," sahut Galata kagum.

Mereka berdua tak berhenti mengagumi Rashad. Begitu sebaliknya, Rashad merasa bangga bisa memberikan contoh yang baik untuk Teana dan Galata.

"Ayah rasa tidak ada salahnya kalian mencoba menjual Myrrh ini." ucap Rashad sambil menimang -- nimang sebuah guci keramik kecil dalam genggamannya.

"Maksud Paman apa? Menyuruh kami untuk menjual Myrrh itu?" ucap Galata dengan mata membelalak.

"Kau benar sekali."

"Ah tidak Paman, kami merasa belum mampu untuk melakukannya."

Teana hanya diam sambil berjalan mengikuti kedua lelaki disebelahnya.

"Bagaimana kau bisa berkata tidak mampu sedangkan kau belum pernah mencobanya Galata?" tanya Rashad balik.

Galata langsung terdiam.

"Ayah... Aku akan mencobanya." ucap Teana dengan mantap.

Rashad dan Galata dibuatnya membisu. Terkejut dengan apa yang baru saja diucapkan oleh Teana.

Sesaat kemudian...

"Baiklah kalau begitu. Dalam perjalanan pulang nanti, kita akan melewati Al Khazneh sebelum memasuki Al Siq. Biasanya banyak sekali para pedagang yang berjualan disana. Menggelar barang -- barang dagangan mereka didepan Al Khazneh. Kau bisa menawarkannya kepada mereka." ucap Rashad.

"Terimakasih Ayah." jawab Teana senang.

"Aku akan membantumu Teana." sahut Galata kemudian.

Rashad tersenyum melihat kedua anaknya bersemangat untuk berdagang. Ia merasa senang karena ilmu yang ia ajarkan kepada mereka sedikit banyak mulai dipahami dengan baik.

 ***

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun