“Tidak temanku. Aku baik – baik saja.” ucapnya.
“Oh lihatlah, lengan kirimu berdarah.” teriak Ghalib sambil memegang lengan kiri sahabatnya itu. darah segar membasahi jubah Haydar.
“Mana? Oh ini…. Sialan… pria brengsek itu berhasil melukaiku juga.” teriak Haydar sambil memegangi lengan kirinya.
“Sini biar aku ikat lengan kirimu dengan kain.” ucap Ghalib sambil merobek jubahnya sedikit untuk mengikat lengan Haydar.
Setelah darah di lengan kiri Haydar tidak keluar lagi. Ghalib kembali ke untanya. Kali ini ia yang menarik unta pembawa barang. Karena saat ini Haydar sedang terluka.
Mereka kemudian berjalan beriringan memasuki Kota Tabuk. Setelah berjalan beberapa meter. Haydar menunjuk sebuah rumah kecil. Rumah didalam batu gunung yang memiliki pintu kecil setinggi orang dewasa dengan ukiran bunga sebagai penghias pintu rumah.
“Itu rumah Manaf.” ucap Haydar.
“Ayo, kita bergegas menemui Manaf dan meminta pertolongannya untuk menyembuhkan lukamu ini.” jawab Ghalib.
Setelah sampai didepan pintu rumah Manaf, Haydar memanggilnya.
“Manaf…. Manaaaaafff… Apa kau didalam?” teriak Haydar dari luar.
“Mungkin ia tak mendengar teriakanmu Haydar. Biar aku yang turun menemuinya.” jawab Ghalib.