Melihat pria itu mulai beraksi. Ghalib dan Haydar melangkah mundur. Lalu mereka turun dari unta mereka.
Tanpa diperintah, kedua bersahabat itu mengeluarkan pisau kecil dari balik pinggang mereka.
“Tuan, jangan salahkan kami kalau kami bertindak kasar.” ucap Haydar kepada pria itu. Ghalib sahabatnya mengambil langkah. Ia segera mundur sedikit menjauh dari Haydar dan pria itu.
“Ghalib… Mundurlah, carilah tempat yang aman. Biar aku yang menghadapi pria ini.” ucap Haydar.
Perkelahian tak dapat dielakkan. Pria itu berlari sambil menghunuskan pedangnya ke arah Haydar. Dalam keadaan mabuk, ia melakukan serangan membabi – buta.
Haydar yang dari kecil sudah mempelajari ilmu bela diri, tidak merasa kesulitan menghadapi musuh seperti itu. Dengan beberapa serangan dan hanya bersenjatakan pisau kecil, ia berhasil menundukkan pria itu dan merebut pedang yang dibawa si pria.
“Kepala siapa yang akan ditebas sekarang haaaah !” bentak Haydar sambil mencengkeran kerah baju pria itu.
“Ampunn Tuan. Ampuuunnn….” rengek pria itu sambil mengepalkan kedua telapak tangannya. Ia memohon belas kasihan Haydar. Memohon agar Haydar melepaskannya.
“Pergilah, kali ini nyawamu selamat !” bentak Haydar sambil mendorong tubuh pria itu hingga tersungkur ke belakang.
Tanpa menunggu lama. Pria itu langsung melarikan diri sejauh mungkin.
“Kau tidak apa – apa Haydar ?” tanya Ghalib.