Tak menunggu lama, Ghalib segera memanggil para pelayannya untuk segera mempersiapkan unta sebanyak tiga ekor. Dua untuk dirinya dan Haydar. Satu untuk membawa barang – barang mereka.
“Tuan, untanya sudah siap.” ucap si pelayan dengan sikap menghormat.
“Terimakasih. Kami akan segera berangkat.” balas Haydar.
Setelah Ghalib berpamitan kepada keluarganya. Mereka berdua menuju unta – unta yang sudah menunggu diluar. Perjalanan panjang pun dimulai.
“Mengapa kau berangkat sendiri Ghalib?” tanya Haydar.
“Tidak apa – apa. Ini bukan perjalanan resmi. Jadi aku rasa tidak perlu membawa para pengawalku untuk ikut serta.” balasnya.
“Tapi kau tahu bahwa perjalanan kita nanti akan melewati gurun yang luas dan panas. Jauh dari pemukiman penduduk. Jika terjadi apa – apa dengan kita bagaimana? Bahaya bisa mengancam sewaktu – waktu.” ucap Haydar.
“Kau tenanglah, semuanya sudah aku persiapkan.” ucap Ghalib sambil merogoh sesuatu dari kantung alas tunggangan untanya. “Ini kau ambillah satu.” jawabnya.
“Apa ini?” tanya Haydar sambil mengamati benda kecil berbungkus kain hitam.
“Itu pisau. Satu untukmu dan satu lagi untukku. Selipkan di pinggangmu. Gunakan saat keadaan mengancam kita.” jawab Ghalib dengan wajah tersenyum.
“Kau memang cerdas teman. Pantas saja kau dihormati para pembesar di Kerajaan Nabataea.” puji Haydar kepada sahabatnya itu.