Mohon tunggu...
Choirul Rosi
Choirul Rosi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis cerpen yang hobi membaca buku dan novel

Cerita kehidupan yang kita alami sangat menarik untuk dituangkan dalam cerita pendek. 🌐 www.chosi17.com 📧 choirulmale@gmail.com IG : @chosi17

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sesajen

9 Mei 2016   11:21 Diperbarui: 9 Mei 2016   20:48 283
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Acara pemilihan kepala desa akhirnya berlangsung. Dua hari setelah kedatangan Suwanto di cungkup makam. Tak lupa ia menaburkan butiran putih berbau harum yang dibungkus kain mori. Ia menaburkannya dihalaman rumah saat fajar belum nampak. Saat semua orang masih terlelap dalam tidurnya. Tak terkecuali istri dan anaknya yang masih tertidur lelap.

Ayam jago berkokok dengan nyaring. Pagi itu mentari bersinar sangat cerah.

“Bu, aku berangkat dulu ya… Do’akan aku menang”

“Iya Pak, hati – hati”

Setelah kepergian suaminya, Srining gegas ke dapur. Memasak untuk sarapan Sekar sebelum berangkat ke sekolah.

Tepat pukul tujuh, Srining mengantar Sekar ke sekolah seperti biasa. Sementara itu di kantor kepala desa sedang sibuk menyiapkan berkas – berkas untuk kegiatan pemilihan kepala desa. Pemilihan itu akan dilaksanakan tepat pukul delapan nanti.

Sesampai di sekolah, Sekar mencium tangan ibunya. Berpamitan hendak masuk ke kelas. Sriningpun mengulum senyum untuk anak semata wayangnya itu. anak yang sangat ayu.

Begitu masuk kelas, pelajaran segera dimulai. Pelajaran pertama adalah pelajaran Bahasa Jawa. Selama satu jam bu guru menerangkan bab tembang pucung. Dengan lagu yang merdu. Bak seorang sinden, guru itu fasih melantunkan tembang jawa. Membuat anak – anak terhanyut dalam lagu yang sangat merdu.

Namun tidak bagi Sekar, apa yang didengarnya bukanlah tembang Jawa. Bukan tembang pucung yang merdu. Bukan suara gurunya. Yang ia dengar adalah suara merdu seorang wanita sedang memanggil namanya. Wanita yang dikenal oleh Sekar dengan sebutan Ratu. Jam dinding menunjukkan pukul delapan lewat tiga puluh menit. Bu guru dan anak – anak makin asyik dalam alunan tembang Jawa. Satu persatu mereka maju menyanyikan lagu dalam bahasa Jawa.

“Pak Wahyu…. Saaaah”

“Pak Wahyu…. Saaaah”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun