Namun Sekar tidak bangun. Matanya masih menutup rapat. Butiran keringat menetes di dahinya dan lehernya. Bibirnya berwarna biru keungu – unguan.
“Kamu kenapa Nak? Ucap ibunya cemas.
Segera ibunya menyeka badan Sekar dengan air hangat. Mengelap sekujur tubuhnya dan mengganti pakaiannya. Lalu meminumkan segelas teh hangat kepada Sekar.
“Aku kenapa Bu?” ucap Sekar lirih kepada ibunya.
Siang itu ayah dan ibu Sekar membawanya ke puskesmas terdekat untuk memeriksakan keadaan Sekar. Setelah mendapatkan resep, mereka bertiga gegas pulang agar Sekar bisa beristirahat.
“Alhamdulillah Pak, anak kita hanya demam biasa. Mungkin kemarin pulang terlalu malam dan lupa memakai jaket” jawab ibu Sekar.
Suwanto hanya diam. Tidak membalas ucapan istrinya.
Keesokan harinya Sekar sudah bisa beraktivitas seperti biasa. Bersekolah dan bermain. Bocah tujuh tahun itu nampak riang. Setelah pulang dari sekolah, dia pergi mengaji diantar ibunya.
Malam belumlah genap. Matahari masih menyembul dari balik awan. Ibunya paham bahwa saat ini anaknya sudah menunggu untuk dijemput di surau yang terletak tidak jauh dari rumahnya.
“Ibu… tadi aku melihat seorang ratu yang sangat cantik di surau” ucap Sekar sambil mendekap erat tubuh ibunya yang sedang mengendarai sepeda kayuh.
“Ratu? Ratu cantik? Pasti wajahnya cantik seperti boneka mu dirumah ya?” balas ibunya.