“Aku tak tahu anakku” balas ibundanya yang memeluknya.
Sesaat kemudian turunlah seekor tiung. Berbulu hijau sehijau batu zamrud. Sangat indah. Tiung itu berhenti tepat didepan mata mereka. Keanehan terjadi. Muncullah gumpalan asap tebal ke udara. Dalam sekejap berdirilah pria gagah dengan rupa yang elok di depan Putri Kemala Sari dan ibunya.
“Maafkan hamba, membuat Ratu dan Putri ketakutan. Hamba datang kemari kerana dititahkan oleh Raja hamba untuk membantu Raja Perlak”
“Terimakasih banyak tuan. Tuan darimana? Siapa nama tuan gerangan?” tanya Putri Kemala Sari.
“Hamba Kilan Syah. Pengawal Raja Permadewana. Hamba dari Kerajaan Jin”
“Oh… Kalau begitu sudilah kiranya tuan menyampaikan ucapan terimakasih dari kami. Dan sudilah kiranya Raja Permadewana datang ke kerajaan kami ini” balas Putri Kemala Sari.
“Baiklah Tuan Putri. Titah tuan Putri akan kami laksanakan” balas Kilan Syah seraya pamit undur diri lalu terbang tinggi menghilang ke angkasa.
***
Dalam sekejap Kilan Syah telah menghadap Raja Permadewana.
“Raja, hamba telah berhasil mengalahkan pasukan Pangeran Iskandar”
“Bagus pengawal. Kau telah melaksanakan perintahku dengan baik” puji Permadewana.