"Saya Balqis, teman sekelasmu dulu." jawab Qiqis.
   "Masyaa Allah, Qis. Pangling aku sama kamu. Kamu masih aja kaya dulu ya, murah hati. Qis, alhamdulillah kita dipertemukan di sini setelah 4 tahun lebih kita berpisah. Qis, aku menyesal selama ini. Aku minta maaf ya Qis banyak banget salah aku sama kamu. Jujur, selama beberapa tahun ini aku nyari kontak kamu, belum ketemu juga. Maafkan aku ya, Qis." Dengan penuh penyesalan penyampaian Roni.
   "Sudahlah Ron, itukan dulu, sudah sudah, aku sudah memaafkanmu." Balas Balqis.
   "Alhamdulillah, terimakasih banyak ya Qis. By the way kamu jadi apa sekarang?" Tanya Roni yang masih memiliki sifat frontal.
   "Alhamdulillah, Hafshah dan aku masuk fakultas kedokteran UI, Ron, kami lagi koas sekarang."
    "Alhamdulillah, ikut senang aku. Sukses terus yaaa kaliaaaan." Ujarnya.
   "Kamu sendiri gimana Ron?" tanyaku.
   "Alhamdulillahnya, aku masuk STEI ITB. Jalur SBM. Kamu tau kan aku ga lolos SNM." Jawab Roni.
   "Hebat kamu Ron." Jawabku.
  "Kalian gak kalah hebaaat!!." Jawab Roni.
Lama mengobrol dengan Roni membuat kami lupa kalau ada jadwal koas. Kami lari terbirit-birit menuju rumah sakit tempat kami koas. Untung saja kami tidak kena hukuman.
**
   Setelah itu aku dan Balqis menjadi dokter yang siap menangani siapapun. Impian mampu kami wujudkan, kami membuat puskesmas gratis bagi siapapun yang akan berobat. Kami merekrut relawan lain yang siap menjadi relawan bagi masyarakat lainnya.
   Kenikmatan, ketenangan yang kami peroleh. Sekujur awak merasa senang menerimanya. Keikhlasan, keridhoan akan Allah ganti insyaaAllah Surga di akhirat kelak, aamiin.