"Apa kabar kak Iskandar?" sapa gadis itu....
"Kristin?" Tanya Iskandar seolah tak percaya dengan pandangannya.
" Iya kak....ini Kristin yang dulu langsing sekarang gendut....." balas gadis itu.
Iskandar sejenak terpaku, dengan jilbab itu Nampak gadis itu makin terlihat manis. Ia hamper tak percaya dengan penglihatannya.
"...Kok...??" Iskandar tercekat ketika ingin menanyakan sesuatu.
" Kita keluar dulu saja ya kak, ceritanya nanti saja, biar panjang waktunya....." Kristin memotong kalimat Iskandar. "kakak yang boncengkan Kristin kaya dulu ya.....masih motor yang dulu kok..."
" Aku nggak hapal kota Solo dik Kristin...." Balas Iskandar.
"Aku akan jadi navigatornya....kakak tinggal mengendarai saja....." paksa Kristin.Â
Akhirnya mereka telah berada dijalanan di kota Solo, Kristin dengan hati hati mencoba berpegangan di pinggang Iskandar dan nampaknya Iskandarpun tidak keberatan, bahkan kecanggungan diantara mereka itupun perlahan mencair. Kristin mengarahkan ke lokasi sekitar sungai Bengawan Solo. Ditempat itu ada beberapa restoran yang memang di desain untuk wisata. Mereka memilih warung yang tidak terlalu ramai lalu memesan minuman dan minuman yang membuat kenangan mereka di kantin kampus seolah terbuka kembali.
" Es Jeruk dan criping telo......kali ini aku yang traktir...." Kata Iskandar, keduanya tertawa bersama dengan renyah.
Disitulah Kristin mulai terbuka, mengapa ia memilih menjadi mualaf karena sering bermain bersama salah seorang teman kantornya, perempuan yang sudah berkeluarga bernama Vero, yang ia tahu dan selalu mengawasi betapa teman  perempuannya itu sangat rajin dalam ibadah lima waktunya dengan tepat waktu, bahkan ketika sedang sangat sibuk. Suatu saat Kristin pernah bertanya mengapa ia begitu teguh dengan ibadah sholatnya, bahkan walaupun sebentar ia selalu membaca kitab kecil walaupun hanya lima sampai sepuluh menit saja. Wajahnya Nampak selalu segar dan ada senyum dibibirnya.