".......Mmmm.... nanti aku telepon lagi ya dik, yang jelas kalau masih diberi kesempatan, kita bisa bertemu sambil cerita-cerita lagi.....Oh ya...sambil minum es jeruk....." Balas Iskandar.
"Assalamu'alaikum......." Sambung Iskandar...
Ada jawaban salam yang lirih.....Aku akan menunggu saat itu kak....bisik hati Kristin.
Agaknya Kristin tidak usah menunggu terlalu lama untuk bertemu dengan Iskandar. Walaupun hatinya tetap saja memiliki dugaan bahwa sebenarnya Iskandar telah menikah, karena lelaki itu tak menjawab pertanyaannya. Jika hal itu benar paling tidak Iskandar telah memiliki 1 anak yang berumur 2 tahun. Namun keinginannya untuk bertemu sangatlah kuat dan Kristinpun berusaha mempersiapkan diri dengan segala apa yang bakal dialami oleh hatinya. Dia hanya ingin tahu bahwa ada sesuatu yang berubah dalam dirinya, bukan karena ia selalu berharap bisa bertemu dengan  Iskandar lagi.
[Aku naik kereta KRL dari Jogya jam 08.00] chat Iskandar.
[Baik kak, saya menunggu di stasiun Purwosari ya.....kakak ingin kemana dari Purwosari?] balas Kristin.
[Dik Kristin yang tahu harus kemana....aku ikut saja......]
Dan kereta api itu perlahan meninggalkan Stasiun Lempuyangan kota Yogyakarta menuju Purwosari Surakarta.
Yang tengah naik kereta api, terasa menunggu 20 menit sebelum kereta api sampai di Puwosari waktu terasa sangat panjang, baik yang ada di stasiun maupun yang ada di kereta. Kereta seperti merambat menyusuri rel yang panjang. Demikian juga yang menunggu di stasiun, jika setiap kereta yang datang dilihatnya, sambil berharap ia berhenti dan membawa siapa yang tengah ditunggunya.
Dan kereta itupun telah memasuki stasiun Purwasari. Dengan sedikit bergegas Iskandar segera turun dari kereta menuju pintu keluar, karena selain penumpang tidak diperbolehkan masuk ke area dalam stasiun. Pengantar maupun penjemput hanya diperkenankan diluar area pintu masuk stasiun, namun juga disediakan beberapa deret kursi untuk menunggu.
Iskandar tak menemukan yang dicarinya, ia tak menemukan gadis berambut sebahu, senyum yang indah dan mata yang berbinar itu. Namun ketika pandangannya menyapu seluruh area luar pintu statsiun itu, ia terhenti pada seorang gadis dengan bibir yang tersenyum dengan khas, mata yang berbinar dan gaya berdirinya yang tegak, namun gadis ini berjilbab, ah, tentu bukan Kristin.