I. PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Struktur kurikulum PAUD memuat program-program pengembangan yang mencakup 6 aspek, yaitu nilai agama moral, fisik motorik, kognitif, bahasa, sosial emosional, dan seni. Keenam aspek perkembangan tersebut sangat penting untuk dikembangkan dalam diri anak usia dini. Pendidik dan orangtua perlu bekerja sama untuk memberikan ransangan atau stimulus kepada anak sehingga anak mampu meraih berbagai kemampuan dalam dirinya. Salah satu aspek perkembangan yang juga penting adalah fisik motorik.
Sujiono (2017:1.3) menjelaskan bahwa motorik adalah semua gerakan yang mungkin dapatkan oleh seluruh tubuh, sedangkan perkembangan motorik dapat disebut sebagai perkembangan dari unsur kematangan dan pengendalian gerak tubuh. Menurut Sujiono (2017:1.13) gerakan motorik halus hanya melibatkan bagian-bagian tubuh tertentu saja dan dilakukan oleh otot-otot kecil, seperti keterampilan menggunakan jari jemari tangan dan gerakan pergelangan tangan yang tepat. Contohnya adalah menyikat gigi, menyisir, mengancingkan baju, menggunting, menempel, sampai yang lebih kompleks adalah menganyam.
Bagi anak usia dini, kegiatan menganyam akan melatih keterampilan motorik halus anak yaitu kemampuan yang menggunakan otot-otot jari jemari tangan dan koordinasi mata. Selain itu, dengan menganyam akan melatih logika berpikir dan juga melatih konsentrasi anak.
Dalam prakteknya, mengajarkan cara menganyam kepada anak usia dini tidak selalu berjalan dengan mudah. Pendidik menghadapi berbagai kesulitan ketika membimbing anak dalam menganyam. Seperti yang dialami oleh peneliti di sekolah tempat peneliti mengajar yaitu di Kelompok B TK Baptis. Saat tema kebutuhanku, peneliti melakukan kegiatan menganyam di kelas. Ketika melakukan evaluasi, terlihat hanya dua anak yang mampu menganyam dengan baik.
Dari hasil kegiatan tersebut, peneliti mendapatkan hanya 13% dari jumlah anak yang mampu melakukan kegiatan dengan hasil yang sesuai harapan, sedangkan 87% lainnya masih perlu bimbingan sepenuhnya. Peneliti menyadari beberapa kesalahan pada pembelajaran hari itu, yaitu terdapat pada media yang digunakan. Kertas yang digunakan adalah kertas yang tipis, dan berukuran relatif kecil untuk dipegang anak-anak usia 5-6 tahun. Maka dari itu, peneliti hendak melakukan perbaikan pembelajaran dengan merancang pembelajaran yang lebih efektif dan variatif dalam upaya meningkatkan kemampuan anak dalam menganyam.
Dengan berbagai ulasan yang ada, maka peneliti bermaksud ingin melakukan penelitian dengan judul “Meningkatkan Kemampuan Menganyam melalui Penggunaan Kertas Tebal pada Kelompok B TK Baptis”.
B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah bagaimana penggunaan kertas tebal dapat meningkatkan keterampilan menganyam pada kelompok B TK Baptis?
C. Tujuan Perbaikan
Tujuan umum dalam penelitian ini adalah untuk mengetahui penggunaan kertas tebal dalam meningkatkan keterampilan menganyam pada kelompok B TK Baptis
D. Manfaat Perbaikan
Penelitian ini bermanfaat bagi berbagai pihak, yaitu bagi guru, siswa, dan sekolah. Manfaat bagi guru, yaitu: 1) Guru dapat mengidentifikasi kesulitan-kesulitan belajar yang dialami oleh peserta didik; 2) Guru dapat merencanakan pembelajaran secara matang; 3) Guru dapat menggunakan inovasi pembelajaran yang didapat dari penelitian. Manfaat bagi siswa, yaitu siswa dapat lebih semangat dan termotivasi dalam mengikuti pembelajaran khususnya dalam kegiatan menganyam. Sementara manfaat bagi sekolah, yaitu sekolah dapat menjadikan hasil penelitian ini sebagai masukan yang berarti dalam upaya peningkatan kualitas pendidikan
II. KAJIAN PUSTAKA
A. Motorik Halus
Lerner (dalam Nugraha, 2020) berpendapat bahwa keterampilan motorik halus memerlukan koordinasi mata dan tangan sehingga gerakan tangan perlu dikembangkan dengan baik. Melatih gerakan tangan anak dimulai secara bertahap dari yang sederhana, seperti membuat garis horizontal, vertikal, miring, atau bergelombang menggunakan pensil.
Nugraha (2020) menyebutkan beberapa alat yang dapat digunakan dalam pengembangan motorik halus anak. Antara lain adalah lilin, bikar untuk membuat kue, adonan terigu, dan garam, papan tulis, kertas, tanah, alat tulis, ranting kayu, pensil gambar, dan spidol, jari jemari, lego, lasy, alat pasang memasang, alat Montessori, lembaran kertas, gunting untuk memotong kertas, bentuk geometri untuk menjiplak, dan biji bekel.
Menurut Sujiono (2017) perbedaan jenis kelamin berpengaruh pada perkembangan motorik anak TK. Anak perempuan cenderung lebih suka melakukan kegiatan yang menggunakan keterampilan motorik halus dan anak laki-laki cenderung lebih suka melakukan kegiatan yang menggunakan keterampilan motorik kasar.
B. Menganyam
Menganyam merupakan seni kerajinan tangan yang sudah ada sejak zaman dahulu kala, meskipun proses pembuatannya cukup kompleks, namun seni ini harus tetap dilestarikan agar tidak hilang termakan oleh perkembangan zaman. Menganyam dapat dilakukan dengan berbagai macam bahan, misalnya rotan, buluh, pandan hingga kertas, yang akan menghasilkan berbagai macam karya seni pula.
Bagi anak usia dini, kegiatan menganyam akan melatih keterampilan motorik halus anak yaitu kemampuan yang menggunakan otot-otot jari jemari tangan dan koordinasi mata. Selain itu, dengan menganyam akan melatih logika berpikir dan juga melatih konsentrasi anak.
Untuk memudahkan proses menganyam terdapat beberapa langkah-langkah yang perlu diikuti, namun teknik yang diajarkan kepada anak usia dini adalah teknik sederhana, tidak seperti teknik menganyam bagi orang dewasa yang sudah terbilang kompleks. Selain itu, terdapat pula karakteristik bahan menganyam untuk anak usia dini yang perlu diperhatikan, yaitu tidak mudah robek, tidak berserat, tidak tajam dan memiliki warna menarik. Contohnya seperti kertas warna warni atau gabus karet.
C. Media Pembelajaran PAUD
Menurut Gagne (dalam Sujiono, 2017) media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan anak yang dapat mendorong anak untuk belajar. Sedangkan Briggs (dalam Sujiono, 2017) mengungkapkan bahwa media adalah segala alat fisik yang dapat menyajikan pesan serta mendorong anak untuk belajar. Menurut Sujiono sendiri dalam bukunya yang berjudul Metode Pengembangan Kognitif (2017), media bagi guru adalah sebuah saluran komunikasi. Dalam hal ini guru sebagai pemberi informasi kepada peserta didik, maka dari itu media berperan sebagai perantara untuk menyampaikan informasi tersebut.
Degeng (dalam Waleleng, 2012) berpendapat bahwa terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan oleh guru ketika hendak memilih media pembelajaran, yaitu, tujuan intruksional, efektifitas, dan siswa.
Menurut Dick dan Cary (dalam Waleleng, 2012) masih terdapat beberapa faktor yang perlu dipertimbangkan oleh guru ketika hendak memilih media pembelajaran, yaitu: 1) Ketersediaannya sumber setempat, artinya bila media yang bersangkutan tidak terdapat pada sumber-sumber yang ada,maka harus dibeli atau dibuat sendiri; 2) Apakah untuk membeli atau membuat sendiri tersebut ada dana, tenaga dan fasilitas. 3) Faktor yang menyangkut kecocokan, kepraktisan dan ketahanan media yang bersangkutan untuk waktu yang lama; 4) Efektifitas biayanya dalam jangka waktu panjang.
III. PELAKSANAAN PENELITIAN PERBAIKAN PEMBELAJARAN
A. Subjek, Tempat, dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilaksanakan di Kelompok B Taman Kanak-kanak Baptis yang beralamat di Jl. Wastukencana No. 40 Bandung. Penelitian ini dilaksanakan dalam 2 siklus dalam tema Kebutuhanku dengan sub tema pakaian. Siklus pertama dilaksanakan pada tanggal 19-23 Oktober 2020, sedangkan siklus kedua dilaksanakan pada tanggal 26-30 Oktober 2020.
Jumlah seluruh siswa kelompok B TK Baptis adalah 14 anak, yang terdiri dari 11 anak laki-laki dan 3 anak perempuan.
B. Desain Prosedur Perbaikan Pembelajaran
Kegiatan perbaikan ini dilaksanakan dalam dua siklus. Masing-masing terdiri dari lima hari pembelajaran yang tertuang dalam satu RPPM, lima RPPH, dan lima skenario perbaikan. Lalu dilakukan simulasi yang divideokan, untuk kemudian dinilai oleh guru pendamping menggunakan instrumen penilaian APS 1 dan APS 2.
C. Teknik Analisis Data
Penelitian ini menggunakan teknik analisis kuantitatif, dimana data-data yang diperoleh berupa angka-angka yang didapat dari nilai kumulatif APS 1 dan APS 2 dalam setiap siklus.
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
A. Deskripsi Hasil Penelitian
Data penelitian diambil dari kinerja guru dan hasil obeservasi yang dilakukan selama 2 siklus. Siklus I dilaksanakan melalui 1 kegiatan simulasi pembelajaran tanpa anak dan pada siklus II dilaksanakan melalui 1 kegiatan simulasi pembelajaran tanpa anak.
Untuk mengetahui tingkat keberhasilan dalam meningkatkan kemampuan menganyam melalui penggunaan kertas tebal pada kelompok B TK Baptis hanya dilihat dari peningkatan kinerja guru, yaitu perubahan perolehan kinerja guru pada siklus 1 dan 2, sedangkan untuk melihat peningkatan perencanaan perbaikan pembelajar dilihat dari perubahan skor APS 1 pada siklus 1 dan 2. Jadi peningkatan itu tidak dilihat dari perolehan hasil belajar anak – karena tanpa anak.
Adapun seluruh rincian penilaian dapat dilihat dalam lembar lampiran. Berikut ini hasil penilaian yang diperoleh dari APS 1 dan 2 selama 2 siklus perbaikan yang disajikan dalam bentuk tabel.
Perolehan Nilai
Data pada tabel di atas menunjukkan ada terjadi perubahan/peningkatan perolehan skor APS 1 dari siklus 1 ke siklus 2 yaitu sebesar 1 poin. Berikut ini akan disajikan pula hasil penilaian dalam bentuk grafik agar perubahannya dapat terlihat dengan jelas.
B. Pembahasan Hasil Penelitian
Berdasarkan hasil penilaian yang telah dibahas pada poin sebelumnya, disimpulkan bahwa kinerja guru mengalami peningkatan pada siklus 2. Pada siklus 1 guru memperoleh 4 poin lalu meningkat menjadi 5 poin pada siklus 2. Darman (2015) berpendapat bahwa banyak hal yang ikut berpengaruh dalam menentukan peningkatan kinerja guru.
Adapun berikut ini akan diuraikan mengenai kelebihan dan kekurangan selama pelaksanaan simulasi berdasarkan refleksi yang dilakukan peneliti bersama pendamping. Kelebihan siklus 1: 1) Guru melakukan simulasi pembelajaran dengan runtut dimulai dari pembukaan, kegiatan inti, dan penutup; 2) Guru memakai media kertas dengan warna yang kontras sehingga langsung menarik minat yang melihatnya terutama anak. Kelemahan siklus 1 adalah guru melewatkan satu langkah menganyam yaitu memberikan nomor pada setiap lusi.
Sedangkan kelebihan siklus 2: 1) Guru melakukan simulasi pembelajaran dengan runtut dimulai dari pembukaan, kegiatan inti, dan penutup; 2) Guru memakai media kertas dengan warna yang kontras sehingga langsung menarik minat yang melihatnya terutama anak; 3) Guru melakukan setiap langkah menganyam dengan runtut tanpa terlewat. Kelemahan siklus 2 adalah guru merekam video simulasi dengan background gambar yang terlalu ramai sehingga fokus orang yang menonton terbagi-bagi.
V. SIMPULAN DAN SARAN TINDAK LANJUT
A. Simpulan
Berdasarkan hasil penelitian, maka dapat diambil beberapa kesimpulan yang merupakan jawaban dari rumusan masalah, yaitu: 1) Perencanaan penelitian diawali dengan pembuatan RPPM dan RPPH, lalu dilanjutkan dengan pembuatan skenario perbaikan setiap siklus. Kemudian menentukan instrumen penilaian APS 1 dan 2 yang akan diisi oleh pendamping; 2) Pelaksanaan penelitian dilakukan dengan cara peneliti melakukan simulasi mengajar melalui video berdurasi 5 menit.
Hal ini dikarenakan adanya pandemic Covid-19 yang membuat seluruh kegiatan pembelajaran dilaksanakan dari rumah masing-masing, sehingga membuat peneliti tidak dapat melakukan penelitian dengan mengajar peserta didik secara langsung di sekolah; 3) Hasil kinerja guru ketika melakukan simulasi memperoleh kenaikan 1 poin pada siklus 2 berdasarkan hasil penilaian APS 1 dan 2 yang dilakukan oleh pendamping.
B. Saran Tindak Lanjut
Berdasarkan penelitian maka saran yang dapat diberikan adalah perlu dilakukan penelitian serupa lebih lanjut ketika kegiatan pembelajaran sudah normal sehingga dapat mengetahui kemampuan anak dalam menganyam saat menggunakan media kertas tebal.
DAFTAR PUSTAKA
Darman. (2015, Desember 18). Kinerja Guru. Retrieved from http://theorymanajemendanorganisasi.blogspot.com/2015/12/kinerja-guru.html
Nugraha, A. (2020). Kurikulum dan Bahan Belajar TK. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Sahabatnesia. (2020). Sahabatnesia. Retrieved from https://sahabatnesia.com/cara-membuat-anyaman-kertas/
Sujiono, B. (2017). Metode Pengembangan Fisik. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Sujiono, Y. N. (2017). Metode Pengembangan Kognitif. Tangerang Selatan: Universitas Terbuka.
Waleleng, G. H. (2020). Media Pembelajaran PAUD. Retrieved from Academia: https://www.academia.edu/35003539/MEDIA_PEMBELAJARAN_PAUD
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H