Kelinci merapat ke Tupai dengan manja.
“Besok kita jalan-jalan ke pinggir sungai ya.” Ajak Tupai mengatur rencana.
“Disana banyak Buaya.”
“Tenang saja, aku berteman dengan Buaya. Buaya itu musuhnya Kancil, sebab lampau sekali Kancil pernah membohongi Buaya.”
“Besok ya!? Besok sibuk aku bantu Emak cari kangkung.”
“Oh.” Tupai terlihat kecewa.
___
Suara mesin jahit menembus dinding kamar Hayati. Ia sedang bermalas-malasan di dalam kamar. Padahal tadi Emaknya nyuruh dia cuci piring sebab, piring kotor sudah numpuk macam gunung meratus. Maklum pagi tadi ada acara haul Bapaknya yang keempat.
Emaknya berhenti menjahit. “O...,Hayati. Kapan kau cuci piring nak. Jangan telentang saja kau di kamar, macam buaya berjemur di pinggir sungai.”
“Sayup-sayup terdengar suara Hayati menjawab. “Anakmu ini lagi capek Mak. Sebentar lagi harus ke rumah Mbok Darsih belajar ngaji.”
Emak melirik ke jam dinding yang ada di dinding samping lemari tua. Sudah hampir tengah hari dan waktu juhur sebentar lagi tiba. Kakinya kembali menggerakkan mesin jahit. “Sempatlah sebentar saja kau cuci sebagian piring itu. Nanti sisanya Emak selesaikan.”