“Bapak, terima kasih banyak bantuannya. Saya pamit. Assalamualaikum. ”, ucapku sambil membungkuk-bungkuk hormat. Sungguh jika dia boneka, akan kupeluk dia seharian. Masalahnya dia bapak-bapak paruh baya.
“Sama-sama, Mbak. Waalaikumsalam”.
Aku meninggalkan si bapak, berjalan agak cepat sambil memikirkan tujuan berikutnya. O iya, aku lupa memberitahumu bahwa sebenarnya aku sendiri pun belum tahu wajah bapak kepala desa.
Tapi kukira, setelah apa yang terjadi hari ini, bapak paruh baya bersepeda itulah si kepala desa.
Lucu sekali perkenalan perdanaku dengannya.
Sungguh setelah kesusahan yang menghampiriku baru-baru ini, bapak yang sepertinya kepala desa itu layaknya hadiah dari Tuhan untuk menebus sedihku kemarin dan pagi tadi.
Jadi, ke mana kita sekarang?
Ah, benar.
Motorku …..
***
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H