Mohon tunggu...
Linda Puspita
Linda Puspita Mohon Tunggu... Buruh - Pekerja Migran

Be yourself

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Cerpen | Dewi Ayu

12 Januari 2020   22:10 Diperbarui: 12 Januari 2020   22:31 383
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
sumber foto: dokumen pribadi

Dia terus mendekati, memperhatikan raut wajah itu. Bibir mungil dengan dagu sedikit membelah. Mata bulat, hitam, dan bulu matanya panjang dan lentik. Alis tebal sangat kontras dengan kulitnya yang putih. Tiba-tiba jantung Roni berdegup kencang. Pita memori di otaknya berputar ke peristiwa beberapa tahun lalu.

'Kapan kamu ke sini? Mau sampai kapan kita jalani hubungan jarak jauh?'

'Aku belum tahu kapan, Dew. Tugas-tugas kampus yang buat aku enggak bisa kemana-mana. Aku harap kamu bisa ngerti,' balas Roni lewa aplikasi WhatsApp.

'Selalu saja itu alasannya. Sepertinya kamu enggak pernah anggap serius hubungan ini!'

Saat itu, Roni tidak membalas. Ponselnya mati. Hari berikutnya tidak ada lagi pesan terkirim. Hingga tiba hari ini. Tuhan menuntunya datang menemui gadis yang selalu menari di mimpinya. Seperti ada yang memukul di balik dadanya.

"Dod, dia, dia Dewi, kan? Sekarang di mana dia, Dod?" tanya Roni, dia mencengkeram pundak lelaki di depannya.

"Kamu, tuh, Ron?" sahut Dodi, mengernyitkan dahi. Kemudian mengajak Roni duduk di kursi kayu yang sudah ada sejak Dodi bayi.

"Kenapa dengan temanmu, Le? Kok, kaya orang bingung, gitu, to?"

Tiba-tiba Nenek Sugi muncul dari balik gorden pintu tengah. Penghubung ruang tamu dengan ruang keluarga. Di tangannya terdapat nampan berisi dua gelas teh dan sepiring jagung rebus. Kemudian ia letakkan di atas meja.

"Tenang, Le. Tarik napas dulu. Diminum tehnya," lanjut nenek Sugi, menyodorkan segelas teh anget.

"Terima kasih, Nek," jawab Roni setelah meneguk teh tersebut, "itu foto Dewi, kan?" tanya Roni menunjuk bingkai yang tergantung di tembok.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun