Di sini ibu Indah ditemani oleh sang suami. Berjalanlah mereka berempat ke tempat ritual yang jaraknya kurang lebih 200an meter dari rumah Nugi. Sambil berjalan di atas pasir menikmati deburan ombak dan angin yang berhembus kencang, Andri terus berfikir bagaimana caranya nanti.
Setelah dekat dengan tempat yang di tuju. Di Sana mereka bertempat kaget, dengan apa yang mereka lihat, banyaknya orang orang yang ritual di sana. Karena heran dengan apa yang dilihat. Andri mengajak Tomi, bu Indah dan suaminya untuk istirahat sebentar, duduk duduk di pinggir pantai.
Pada saat duduk, Andri dengan penuh kebingungan terus melihat lihat orang yang sedang ritual, melihat proses yang dilakukan oleh para juru kunci yang ada di sana. Tiba-tiba datanglah salah satu juru kunci mendatangi Andri. Seorang kakek tua berpostur tubuh kurus kering, berjenggot putih dengan pakaian hitam membawa sabut kelapa.
Kakek : lagi apa le?
Andri : duduk kek, ini nganterin orang ritual.
Kakek : Lah, kamu yang jadi perantara?
Andri : iya kek.
Kakek : kamu bawa sesaji apa saja? Kok tak lihat ndak bawa apa apa.
Andri : sesaji apa kek?
Kakek : Namanya ritual ya harus bawa sesaji to le, paling ndak kemenyan, bunga yang diisyaratkan, sabut kelapa untuk membuat api, minyak, segala sesaji yang dibutuhkan le.
Andri : saya ndak paham kek, saya cuma bawa dupa saja ini kek.