"Maafkan aku!" Jawabku sambil menatap matanya, ada getaran aneh pada tubuhku. Darahku seperti mengalir cepat ketika menatap wajahnya, bibirku mendadak kelu.
"Sarah maafkan aku,," Nikko berbisik, kemudian tangannya mengusap air mataku yang mengalir.
"Nikko... Aku harus jujur, aku cemburu sama Desi. Aku gak mau kehilangan kamu," tiba-tiba saja entah datang dari mana asalnya keberanian untuk mengucapkan kata-kata itu muncul.
"Maksud kamu?"
"Ya aku jatuh cinta sama kamu, tapi entahlah, aku takut untuk mengatakannya,"
"Serius??"
"Iya..."
"Sarah,," Nikko menghela nafas, sebelum melanjutkan ucapannya.
"Sebenarnya akupun mencintaimu, kamu pikir untuk apa aku selalu ada buatmu? Tapi aku takut kamu menolak. Aku kan konyol, berantakan. Sedangkan kamu manis, pinter, rapi. Apa iya suka sama aku?"
"Nikko... Aku tak pernah yakin kalau aku mencintaimu, tapi sepertinya sekarang aku yakin." jawabku.
Nikko meraih tanganku, kemudian memeluk tubuhku erat. Sungguh aku sangat bahagia, kami lupa bila kami berada di mall, mungkin saja perilaku kami menjadi tontonan bagi pengunjung.