"Ke toko buku.. Oke!" Ajaknya.
Tanpa bisa menolak, akupun menuruti saja. Setelah melihat Nikko membayar makanan, aku seperti terhipnotis langsung duduk pasrah ngangkang dibonceng naik motornya, kemanapun dia pergi tentu aku ikut.
***
Entahlah mengapa dengan usia yang setua ini hampir menginjak 27 tahun, dia masih saja suka komik. Matanya lincah melihat beberapa komik yang tertata rapi di rak. Dulu aku juga suka komik, ada gambarnya, tapi sekarang aku lebih suka membaca novel, novel dengan cerita cinta yang romantis. Sedangkan Nikko masih saja seperti anak-anak mencari komik yang penuh gambar, mungkin sejenis dengan komik Doraemon atau komik Detektif Conan.
"Tulalit-tulalit" terdengar suara hapenya berbunyi. Tangan kanannya merogoh saku celananya kemudian hape itu ditempelkan di telinga kirinya, rupanya Dessy pacar Nikko menelpon.
"Hallo say,,, ini di toko buku. Iya seperti biasa sama Sarah. Maaf saaay,, jangan marah. Kamu kan tau Sarah, masa cemburu ama dia siih?"
Nikko berusaha menjelaskan. Sepertinya pacar barunya itu cemburu.
Haha,,, aku puas sekali melihat pacarnya cemburu. Seperti biasa aku selalu berhasil membuat pacar Nikko cemburu. Siapapun dia selalu aku cegah untuk mendapatkan Nikko.
Entah mengapa aku selalu gelisah bila Nikko memiliki pacar. Mungkin aku takut kehilangannya. Dan aku tak pernah mau berbagi perhatiannya dengan perempuan lain siapapun dia. Nikko tidak pernah tau, aku sangat bahagia ketika dia bertengkar lalu putus dengan pacarnya. Itu berarti Nikko hanya akan memperhatikan aku. Dulu Panca juga pernah cemburu sama Nikko. Bila dipikir-pikir Panca selingkuh, mungkin karena aku selalu membagi perhatianku untuknya dan Nikko.
***
Dulu sekali aku pernah marah sama Nikko karena dia tak pernah meninggalkan komik Shinchannya. Sengaja aku curi dan aku simpan di dalam laci meja belajarku. Mamanya pernah bertanya padaku apakah aku menjahilinya dan menyembunyikan komiknya? Tentu saja aku tidak pernah mengaku. Bagiku konyol sekali harus bilang kalau aku tak mau melihat Nikko terus sibuk tanpa mempedulikan aku.
***
Toko buku yang ramai oleh pengunjung dan penuh dengan hiasan aksesoris tahun baru ternyata tak mampu memalingkan perhatiaku dari laki-laki putih berkacamata itu. Entahlah aku sangat menyukai semua gerak geriknya. Aaah andai saja dia tahu perasaanku.
Dia tak pernah tau, kalau aku sangat bahagia ketika dia setia mendengarkan curhatanku ketika Panca selingkuh.
Sebetulnya kalau mau jujur, aku uring-uringan bukan hanya karena disakiti Panca, tapi karena ditambah Nikko sudah memiliki pacar. Duuuh panas banget aku dibuatnya. Harusnya Nikko tuh ngejomblo terus biar aku enak ngebullynya, enak mentertawakan kepolosannya, atau aku bisa bebas berdua tanpa ada yang mengganggu.