Mohon tunggu...
lidia fatimatus
lidia fatimatus Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswi

Saya salah satu dari sekian banyak mahasiswi UIN khas Jember prodi saya PAI dan saya hobi menulis

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Implementasi Pembelajaran Model Berbasis Kontekstual (Contextual Teaching and Learning)

17 Juni 2024   14:45 Diperbarui: 17 Juni 2024   15:04 139
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Sebuah Pembelajaran adalah proses interaktif yang memungkinkan peserta didik menangkap apa yang mereka pelajari dan menggunakannya. Metode pembelajaran yang berbasis kontekstual (Contextual Teaching and Learning) telah menjadi alternatif yang populer dalam beberapa tahun terakhir untuk meningkatkan kualitas pembelajaran. Model ini berfokus pada penggunaan konteks yang relevan dan memberi siswa kesempatan untuk memahami dan menjalankan pengetahuan yang mereka pelajari dalam konteks yang lebih realistis dan relevan lagi.

Apa itu pembelajaran kontekstual?

Pembelajaran kontekstual, juga disebut CTL (Contextual Teaching and Learning), merupakan suatu pendekatan atau strategi mengajar yang mana ide-ide diajarkan dalam konteks kehidupan nyata hingga kini murid dapat mengetahui konsep dan mengetahui keterkaitan mereka dalam menggunakannya di kehidupan sehari-hari. Pembelajaran kontekstual, menurut Eleine B. Jhonson, adalah pendekatan pembelajaran yang percaya bahwa hubungan antara konteks dan isi membentuk makna. Semakin luas peserta didik menemukan konteks pengetahuannya, semakin bermakna pula isi pengetahuan tersebut. Peserta didik yang mempunyai interpretasi yang mendalam tentang apa yang dimaksud dengan pengetahuan dan keterampilan akan membantu mereka mengimplementasikan pengetahuan dan keterampilan tersebut. 

Apa saja karakteristtik Pembelajaran Kontekstual Teaching And Learning?

1. Berkalaborasi.

2. Saling membantu.

3. Menyenangkan dan tidak membosankan.

4. Belajar dengan tekun.

5. Belajar bersama.

6. Gunakan sumber yang berbeda.

7. Murid yang aktif.

8. Berbagi dengan teman.

9. Anak didik kritis dan pendidik kreatif.

10. Karakteristik pembelajaran kontekstual CTL: Dinding dan lorong-lorong penuh dengan karya siswa, seperti peta-peta, gambar, artikel, humor, dan lainnya. 

11. Laporan pada orang tua terdiri dari hasil kerja murid, laporan praktik, dan karyanya

Apa sana pendekatan kontektual (Contekstual Theacing And Learning)

1. Konstruktivisme: Teori pembelajaran konstruktivis adalah dasar teori pendidikan kontemporer, yang mencakup CTL. Metode ini menekankan betapa pentingnya bagi murid untuk ikut aktif dalam proses belajar mengajar dan membentuk pengetahuan mereka sendiri. Kontruktivisme adalah landasan filosofis dari pendekatan kontekstual, yang berpendapat bahwa pengetahuan diciptakan secara bertahap oleh manusia dan bahwa hasilnya dapat diperluas dalam kondisi yang ekslusif. Konsep konstruktivisme lebih menekankan strategi memperoleh daripada jumlah pengetahuan yang diterima siswa. Metode kontruktivisme mengatakan bahwa orang dapat memperoleh suatu ilmu mereka sendiri dari pengalaman baru yang didasarkan pada pembelajaran sebelumnya. Pembelajaran harus disiapkan menjadi proses "mengkonstruksi" daripada hanya menerima sutau pengetahuan. 

2. Inkuiri (Inkuiri): 

Pertanyaan atau inkuiri adalah salah satu segmen dari aktivitas pembelajaran berbasis kontekstual. Perkiraan pengetahuan dan keterampilan seorang murid berasal dari proses menemukan dirinya sendiri, bukan dari mengingat banyak fakta. Siswa menggunakan kemampuan berpikir kritis mereka dalam penyelidikan ini, yang merupakan proses peralihan dari pengamatan ke pemahaman. 

3. Bertanya (Questioning): 

Seseorang harus selalu bertanya untuk mendapatkan pengetahuan. Dalam pembelajaran, pertanyaan dianggap sebagai kegiatan guru untuk memotivasi, mengajar, dan mengevaluasi kemampuannya. Umpan balik dan tanggapan harus dijalankan oleh kedua pihak: pengajar dan pelajar.

4. Masyarakat belajar (Learning Community): 

Masyarakat belajar adalah kumpulan para pelajar atau komunitas yang berkumpul untuk berkomunikasi dan berbagi gagasan. Dalam CTL, persepsi masyarakat belajar mengatakan bahwa pembelajaran terjadi melalui interaksi bersama orang lain. Baik dalam kumpulan belajar formal maupun di lingkungan alami, kalaborasi ini dapat dikerjakan dalam beragam cara. Dalam situasi di mana tahap percakapan dua arah terjadi. Dalam komunitas belajar ini, terdapat dua kelompok yang terlibat dalam dalam proses belajar berkomunikasi satu sama lain. Dimana aksi saling belajar ini umum karena tidak ada pihak yang lebih kuasa atau unggul dalam komunikasi.

5. Pemodelan (Modelling): 

berdasarkan pendapat Sanjaya (2009) Pemodelan adalah sesuatu yang siswa bisa meniru dalam membuat pembelajaran lebih mudah, memperlancar , dan lebih menarik. Model bisa di dapatkan dari seorang pengajar, pelajar, atau dari luar sekolah yang relevan atas pembahasan diskusi yang akan di bahas. Menurut gagasan ini, pemodelan adalah kegiatan yang menunjukkan kinerja seseorang sehingga siswa dapat mencontohnya, berlatih, atau mengerjakan sesuatu sesuai dengan metode yang dibagikan. 

6. Refleksi (Reflection): 

Refleksi adalah proses memikirkan tentang apa yang sudah di pelajari atau mempertimbangkan kembali tentang apa yang sudah di lakukan sebelumnya. Ini adalah bagaimana kita bereaksi terhadap peristiwa dan aktivitas atau informasi baru yang kita terima atau lakukan. Selama proses refleksi, mengintegrasikan pengalaman belajar ke dalam proses kognitif murid. Dan akhirnya, mereka akan membentuk sebagian dari pengetahuan mereka, dan diperlukan penyempurnaan refleksi untuk menandai apa yang sudah dimengerti dan apa yang masih tidak dimengerti. 

7. Penilaian autentik (Authentic Assesment): 

penilaian merupakan suatu metode mengumpukan data-data yang beragam di mana dapat digunakan untuk memberikan gambaran tentang perkembangan belajar seorang anak didik. Guru harus memiliki gambar perkembangan belajar anak didik untuk menjamin bahwa anak didiknya menerima pelajaran dengan benar. Akumulasi data dari kegiatan penilaian tidak dimaksudkan untuk mengumpulkan keterangan mengenai pembelajaran anak didiknya. 

Apa Saja Konsep Dasar Pembelajaran Kontekstual

Dengan mempertimbangkan ide-ide dasar pembelajaran yang telah disebutkan, ada tiga hal yang perlu dipahami saat berbicara tentang pembelajaran kontekstual:

A. Pembelajaran kontekstual mengacu pada cara keikutsertaan murid dalam mengeplorasi materi. Artinya proses belajar terfokus pada pengalaman langsung dan tidak mengharapkan murid memahami materi yang diajarkan . Sebaliknya, proses belajar sendiri adalah proses mencari dan mengeplorasikan topik pelajaran sendiri.

B. Pembelajaran kontekstual membantu murid untuk menciptakan hubungan antara apa yang mereka pelajari di kelas dan situasi dunia nyata. Artinya murid harus mampu memhami hubungan antara apa yang dipelajarinya di kelas dengan dunia nyata. Hal ini penting karena materi yang dipelajari bukan hanya bermakna secara praktis, tetapi juga melekat kuat dalam ingatan murid sehingga mereka tidak mudah melupakannya. Pembelajaran kontekstual memungkinkan murid mengimplementasikan pelajaran ke dalam kehidupan sehari-hari. Artinya, murid diharapkan bukan hanya bisa paham akan materinya, tapi bisa juga menerapkannya ke dalam tindakan sehari-hari mereka. Pelajaran bukan hanya disimpan di otak lantas dilupakan, melainkan digunakan untuk bekal hidup.

Apa Saja Prinsip-Prinsip Dalam Pembelajaran Kontektual

1. Relevansi (relation). Pengetahuan yang diperlukan siswa harus terkait dengan proses belajar (prerequisite knowledge) yang mana sudah tertanam pada diri murid. 

2. Pengalaman Langsung (Experience): Pengalaman langsung adalah penelitian, penemuan, perhitungan, penyelidikan dan pemeriksaan, dan sebagainya. dapat diperoleh dengan cara lain. Pengalaman dianggap penting untuk pembelajaran yang relevan. Jika murid diberi peluang untuk ikut serta secara aktif dalam aktivitas penelitian, memanipulasi peralatan, dan menggunakan sumber belajar, pembelajaran akan berjalan lebih cepat.

3. Aplikasi (applying). Salah satu strategi pembelajaran utama dalam pembelajaran kontekstual adalah mengimplementasikan sebuah fakta, ide, prinsip, dan metode yang dipelajari di kelas bersama pengajar, anak dosen dengan narasumber, dan mengerjakan tugas bersama. 

4. Perpindahan informasi (transfer). Belajar berarti memperkuat kemampuan murid untuk beradaptasi dengan situasi yang berbeda. Ini tidak hanya baik untuk dihafal, tetapi juga untuk sebuah pembelajaran.

5. kerja sama komunikasi (cooperating). interaktif antar siswa dan sesama siswa, mengajukan dan menjawab pertanyaan, dan berkolaborasi dalam konteks saling tukar pikiran.

6. Pengetahuan, keterampilan, nilai, dan perilaku yang sudah dipelajari dalam konteks lain.

Dalam menggunakan CTL ini, guru sudah menyertakan tiga prinsip ilmiah modern, yaitu: Menurut konsep saling bergantungan atau interkonektivitas, menyatakan bahwasannya semua hal yang ada di alam semesta terhubung dan tergantung satu sama lain. Dalam CTL Prinsip saling bergantungan mendorong semua guru untuk memahami hubungan mereka dengan siswanya, orang lain, masyarakat, dan lingkungan. Ini mendorong murid untuk bekerja sama, menyuarakan pendapatnya satu sama lain, mendengarkan satu sama lain untuk mendeteksi masalah, membuat proyek, dan mencari solusi.

Prinsip diferensiasi mengacu pada dorongan alam semesta yang terus menerus untuk memanifestasikan keberagaman, perbedaan, serta keunikan. Dalam CTL, prinsip ini memberi kebebasan kepada murid untuk mengeplorasikan bakatnya mereka sendiri, menciptakan cara belajar yang unik bagi masing-masing orang dan membiarkan mereka tumbuh dengan caranya mereka sendiri. 

Sesuai dengan prinsip pengaturan diri, seluruh sesuatunya terkendali, berkesinambungan, dan menyadari dirinya sendiri. Konsep ini mendorong murid untuk memaksimalkan potensi yang di miliknya. Mereka bertanggung jawab atas keputusan dan perilaku mereka sendiri, mengevaluasi pilihan, membuat sebuah proyek, menguraikan atau menjabarkan data, membuat penyelesaian masalah, serta menilai bukti dengan kritis.

Apa Tujuan Pembelajran Kontekstual?

Salah satu tujuan utama pembelajaran kontekstual (CTL) adalah membantu murid mengaitkan pelajaran akademik dengan suatu makna. Ketika siswa menemukan makna pelajarannnya, mereka akan  memperoleh pengetahuan dan memikirkan kembali apa yang yang telah di pelajari. CTL memperluas konteks pribadi murid dengan memberi mereka kemampuan untuk menghubungkan materi akademik dengan konteks kehidupan seharian mereka. Kemudian, membantu mereka mendapatkan arti baru dengan memberi mereka pengalaman baru yang mendorong otak mereka untuk melakukan hal-hal baru. Terdapat tiga kelompok tujuan pembelajaran kontekstual: tujuan kognitif, tujuan afektif, dan tujuan psikomotorik. Tujuan kognitif membantu siswa mempelajari dan memahami konsep dan prinsip yang berkaitan dengan masalah. Tujuan afektif membantu siswa belajar sikap dan nilai yang diperlukan untuk beradaptasi dengan perubahan dan tantangan. Tujuan psikomotorik membantu murid dalam mempelajari keterampilan yang diperlukan untuk mengatasi dengan tantangan dan perubahan.

Kelebihan Dan Kekurangan Dari Pembelajaran Kontekstual

Adapun kelebihan dalam model pembelajaran contektual, yaitu:

A. memberi murid kesempatan untuk berkembang sesuai dengan kemampuan mereka maka dari itu murid diajak untuk berpartisipasi aktif dalam PBM. 

B. memberi murid kesempatan untuk berpikir kritis dan kreatif saat mengakumulasi informasi, mengetahui serta menyelesaikan masalah, sehingga pendidik bisa menjadi lebih kreatif.

C. model pembelajaran CTL memungkinkan guru untuk dapat memberi tahu murid tentang apa yang di pelajari.

D. pendidik tidak wajib untuk menentukan informasi berdasarkan kebutuhan seorang murid.

E. Belajar menjadi lebih menyenangkan dan tidak membosankan.

F. Menolong murid bekerja secara efektif dalam berkalaborasi.

G. Terjalinnya hubungan berkalaborasi yang baik antara individu dan kelompok.

Adapun kekurangan dari model pembelajaran kontektual ini, yaitu:

A. Ketentuan informasi atau materi di kelas didasarkan pada kebutuhan murid, sebab setiap murid memiliki keterampilan berbeda-beda di dalam kelas. Oleh karena itu, pendidik akan merasa sulit dalam memastikan materi pelajaran sebab tingkat pencapaian murid yang berbeda.

B. Tidak efektif sebab PBM memerlukan waktu yang lama. 

C. Pada proses pembelajaran dengan menggunakan metode CTL, akan terlihat perbedaan yang jelas antara murid yang mempunyai kemampuan diatas rata-rata dan murid yang mempuyai kemampuan dibawah rata-rata, sehingga membuat membuat siswa yang memiliki kemampuan rendah menurunkan rasa percaya dirinya.

D. Karena metode pembelajaran CTL berdasar pada keaktifan dan upaya sendiri, murid yang tertinggal akan terus ketinggalan dan kesulitan untuk mengejar ketertinggalannya. Dengan metode ini, murid yang berhasil mengikuti tiap pembelajaran dan mereka tidak akan menunggu temannya yang tertinggal dalam menghadapi kesulitannya.

E. Tidak semua murid mampu mengembangkan dan menyesuaikan dirinya dengan kemampuan model belajar mengajar berbasis kontektual (CTL) ini.

F. Semua murid mempunyai kemampuan yang unik dan berbeda-beda, dan siswa yang mempunyai kemampuan intelektual yang luar biasa tetapi sulit untuk mengapresiasinya selama bentuk lesan akan menghadapi kesulitan karena CTL meningkatkan keterampilan soft skill lebih dari kemampuan intelektual.

G. Pengetahuan yang dipelajari oleh masing-masing murid akan berbeda dan tidak merata.

Apa saja Penilaian Dalam Pembelajaran Kontekstual?

A. Asesmen kinerja (performance assessment). 

Asesmen ini diaplikasikan untuk mengevaluasi seberapa mampu siswa dapat menunjukkan pengetahuan dan keterampilannya mereka dalam keadaan nyata dalam konteks tertentu. Berdasarkan Johnson yang memetik dari buku "Inovasi Pembelajaran" yang ditulis Ratumanan, mengatakan bahwa dalam tugas kinerja, siswa harus menunjukkan pada penonton bahwasannya mereka sudah mencapai tujuan belajar tertentu. Asesmen kinerja ini bisa dipersingkat atau diperluas menjadi pertanyaan terbuka (open-ended question) atau pilihan ganda. Penilaian kerja dalam arti luas mencakup menulis, membaca, proyek, proses, penyelesaian persoalan, tugas penjabaran kajian, atau jenis tugas lain di mana murid dapat menunjukkan kemampuan mereka untuk mencapai tujuan atau hasil tertentu.

B. Portofolio (Portfolio)

Portofolio adalah jenis penilaian asli yang paling umum. Portofolio adalah mengkoleksi perkembangan siswa, seperti buku prestasi, keterampilan, dan sikap mereka. Portofolio dapat berupa catatan atau tulisan, tapi juga bisa berupa gambar, model, atau bahan ajar. portofolio ini mencangkkup kemajuan siswa dalam jangka waktu tertentu, bisa satu semester, satu tahun, atau bahkan beberapa tahun.

C. Proyek (Project)

Proyek membantu siswa untuk menjangkau tujuan pembelajaran yang mungkin sulit dicapai melalui metode lain. Proyek adalah tugas yang meminta siswa untuk membuat sesuatu yang relevan dengan kurikulum dan bukan sekedar mereplikasi pengetahuan yang di peroleh dalam ujian. Dalam buku "Inovasi Pembelajaran" yang ditulis Ratumanan, Johson & Johnson menyatakan beberapa manfaat proyek, seperti:

1. Proyek memungkinkan siswa untuk berkreasi dalam mengintegrasikan berbagai pengetahuan dan keterampilan.

2. Proyek memungkinkan siswa menggunakan berbagai media untuk menunjukkan dan mengklasifikasikan berbagai keterampilan mereka.

3. Proyek mengharuskan siswa menggunakan, menggabungkan, mengimplementasikan, dan mentransfer berbagai keterampilan dan berbagai informasi dalam proyek yang di buatnya.

4. Proyek memberi peluang pada murid untuk memberikan pertanyaan serta mencoba untuk menjawab.

D. Buku Harian dan Jurnal (Logs and Journals)

Buku harian dan jurnal adalah media penting untuk mencatat, mendokumentasikan, dan merefleksikan pengalaman belajar siswa. Buku harian adalah salah satu bentuk self-reporting dimana siswa merangkum dengan singkat suatu topik yang telah dipelajarinya, dan jurnal adalah suatu bentuk self-reporting dimana siswa merangkum secara naratif suatu topik yang telah dipelajarinya. Isi jurnal dapat terdiri dari pengamatan, perasaan, dan pendapat yang dihasilkan dari respons terhadap bacaan, peristiwa, dan pengalaman. Jurnal memberi siswa kesempatan untuk merefleksikan ide-ide mereka dan menghubungkannya dengan ide-ide sebelumnya. Kemudian, pendidik mengevaluasi refleksi siswa untuk menentukan atau mengumpulkan data tentang sejauh mana pemahaman berpikir siswa.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun