Mohon tunggu...
Lia Pram
Lia Pram Mohon Tunggu... Freelancer - a writer

"Just life, we're still good without luck. Even if you lose your way, keep taking light steps that make a click clacking sound. Take your time. There's no right, honestly perhaps everyone wants to cry. Maybe they get angry because they don't want to get sad." –Lee Jieun

Selanjutnya

Tutup

Worklife Artikel Utama

Pasca PHK: Kekuatan untuk Bangkit

20 Agustus 2023   21:25 Diperbarui: 22 Agustus 2023   10:26 645
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Bapak semakin tancap gas. Kalau lusa adalah jadwalnya, berarti harus segera sampai rumah malam ini agar besok bisa berangkat ke Jogja. Bapak juga sempat menawari untuk mengantarkan ke Jogja, tapi saya menolak karena saya tahu pasti akan sangat melelahkan untuk menyetir sekitar empat jam lagi dari rumah ke Jogja, jadi saya buru-buru memesan tiket kereta. Diam-diam, dalam hati, saya berterima kasih karena mempunyai Bapak yang suportif.

Keesokan paginya, saya segera ke toko terdekat untuk membeli atasan putih berkerah dan sepatu. Karena sedang berhemat—mengingat tabungan saya mulai menipis—saya meminjam kerudung dan celana milik kakak ipar, serta tas milik Ibu. 

Saya berangkat sore harinya, sambil terus bertanya-tanya dalam kereta, "Aduh, saya belum sempat belajar banyak untuk psikotes. Worth it enggak, ya, kalau tetap melanjutkan ikut tes? Sepertinya persiapannya kurang matang..."

Saya takut sekali perjuangan dadakan itu menjadi sia-sia. Tetapi saya tetap berusaha, sekali lagi, meyakinkan diri bahwa gagal pun tak mengapa, yang penting saya tidak menyesal karena pernah berusaha. Malam itu, sambil menggenggam tangan lebih erat hingga buku-buku jari memutih, saya berdoa agar tidak membiarkan rasa pesimis menyelinap masuk, juga agar diberi kekuatan apapun hasil yang akan diberi Tuhan nanti.

Saya sempat jengkel karena di tengah perjalanan, saya ditelepon bahwa ternyata ada kesalahan sistem, sehingga tempat penginapan yang sudah saya booking sebelumnya tidak terekam dan saat ini tempatnya sudah penuh. Dengan sinyal hilang-hilangan di kereta, akhirnya saya booking tempat penginapan termurah dan dekat lokasi tes: sebuah hotel kapsul yang letaknya di turunan gang kecil dekat jalan raya. 

Entah bagaimana ceritanya, akhirnya saya tetap bersyukur meski tidur di situ rasanya seperti di peti mati. Sebab setidaknya, saya jadi ada pengalaman tidur di hotel kapsul yang sering dibicarakan orang-orang. Beberapa hal lagi yang akhirnya saya syukuri saat itu adalah: tempat yang bersih, seprai yang harum, penjaga yang ramah dan bertanggung jawab, serta... air panas!

Mungkin terdengar norak, tapi saya senang sekali bisa mandi air panas. Terakhir saya mandi air panas adalah saat berkunjung ke rumah tante saya di Bogor. 

Sewaktu badan saya akhirnya diguyur dengan hangatnya pancuran air tersebut, saya menutup mata sambil tersenyum. Lega sekali... benar-benar rasa lelah saya luntur semua. Sambil menahan tangis—karena aturan di hotel tersebut tidak boleh berisik—saya bolak-balik berkata dalam hati, "Tuhan, terima kasih atas air panasnya. Saya ikhlas. Apa pun yang terjadi besok, apa pun hasilnya nanti, yang penting saya sudah berusaha. Engkau yang paling tahu jalan terbaik untukku."

Keesokan harinya, saya bangun pagi-pagi sekali untuk mandi, lalu sarapan dengan makanan sisa semalam sambil kembali mengulang-ulang materi psikotes apa pun yang bisa saya temui di internet. Setelah itu saya berdandan dan memesan ojek online, lalu berangkat menuju tempat tes. Karena tempatnya berada di Fakultas Farmasi UGM, sepanjang perjalanan saya tersenyum mengingat betapa dulu saya telah menghabiskan waktu sekitar empat tahun sebelas bulan di tempat ini sebagai seorang mahasiswi. 

Dulu saya ke mana-mana pakai sepeda; berangkat dari area Pogung menembus area Teknik hingga Kedokteran, lalu menyeberang dan masuk melalui halaman gedung rektorat sebelum akhirnya sampai ke Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, tempat saya menimba ilmu. Berada di area kampus membuat saya bernostalgia dan menghilangkan stres yang saya alami selama ini.

Jujur, saya tidak melewatkan sesi psikotes dengan sempurna. Banyak pertanyaan yang belum terjawab, tetapi saya senang sekali ketika sesi wawancara. Itu adalah salah satu sesi wawancara paling menyenangkan seumur hidup saya! Seusai tes pun saya masih menyempatkan diri bertemu dengan seorang kawan semasa kuliah dulu. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Worklife Selengkapnya
Lihat Worklife Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun