"Yo sampean kan Kepala TU, dadi wis kulino to mas? Hehehehe," ucap Rohman.
 "Kita nih sudah lama sekali berpisah, saya hitng-hitung ya sekitar 28 tahunan to dari saat kita lulus SMA tahun 1992?"
 "Yo.....yo....yo....." kata Hendro sambil manggut-manggut yang duduk persis di sebelah Masrukan.
 "Jadi, kalau ada teman kita yang begitu lulus trus menikah dan tidak lama punya anak, brati kan usia anaknya sudah sekitar 27 tahunan to?"
 "Sopo yo koncone dewe sing koyo ngono?" Tanya Mbah Slamet dan yang lainpun nampak berpikir keras apa yang ditanyakan Mbah Komeng itu.  Â
Lalu Masrukan melanjutkan,"Maksud saya, berarti kita kan sudah tua. Ada yang sudah beruban tidak hanya rambut di kepala, tapi juga alisnya seperti Mbah Komeng. Gigi gerahamnya Mas Nanok juga katanya sudah gigis sehingga waktu makan sate klatak di depan rumah saya dulu, dimamah dengan gigi depan dan tak lama ditelan, dll," ucap Masrukan tanpa ekspresi namun sangat lucu sehingga yang mendengar ketawa sampe terbahak-bahak.
 "Namun yang lebih penting dari kita, seyogyanya perilaku kita ya berubah ke arah yang lebih baik seiring bertambahnya umur. Ora njuk malah lebih parah dari saat kita masih SMA dulu. Bukan begitu Dro?' Sambil menepuk-nepuk paha Hendro dan semua pun ketawa terpingka-pingkal kembali.
 "Wetengku kenceng koyo kram ki cah," kata Danang yang gigi depannya tanggal satu.
Akhirnya rangkaian prosesi penyampaian tali kasih sebagai tanda tresno dari teman-teman kelas A.1.1 SMAN 7 Yogyakarta diwakili oleh Prihatni kepada Sinta mewakili keluarganya.
 "Terima kasih banyak atas perhatian teman-teman. Semoga tali kasih ini bermanfaat buat kami dan Allah mencatat amal baik teman-teman sekalian," kata Santi terbata-bata.
Sebelum mereka melanjutkan perjalanan berikutnya, hidangan pecel dan tempe garit sebagai menu makanan pagi pun keluar untuk dinikmati bersama.