"Wo tak kiro. Tiwas degdegan cah."
Chistiana tidak bisa ikut ke rumah Tutik, karen ada pekerjaan di rumah. "Salam wae enggo Tutik yo cah."
Nanok masih mendampingi Rohman dan mengarahkan untuk terus ke selatan sampai ringroad selatan lalu belok kiri menuju Jl. Paris.
"Iki ngidule tekan kampus ISI, Nok?"
"Enggak yo."
Tidak lama dari bagjo perempatan Jl. Paris, Nanok meminta Rohman untuk menurunkan kecepatanya, karena sebentar lagi akan ambil kiri. Namun Nanok lupa pertigaan yang dimaksud.
"Weh iki Man."
Hampir saja bablas, dan Hendro yang persis dibelakanganya nampak ngedim, tanda protes kalau Rohman mengerem mendadak.
Setelah melewati jalan kampung dan persawahan, akhirnya sampai di dekat rumah Tutik. Sementara itu Masrukan dan Slamet sudah menunggu di teras sebuah mesjid di pingir jalan.
Tidak jauh dari Mesjid, mereka jalan kaki sekitar 300-an meter untuk menuju rumah Tutik. Seperti di rumah Tedi, mereka membopong paket sembako sebagai Tali kasih mereka.
"Assalmu'alaikum...."