"Ora, aku mau kudu mampir sek neng omahe wong tuone Ari. Winggi kan pesen tiwul."
Mendengar kata tiwul, Prihatni, Danang dan Rohman hampir bersamaan menayakan pesanannya.
 "Jo khawatir....wis tak gawakno kabeh sesuai pesanan."
Setali tiga uang dengan Mbah Slamet, Masrukan pun telpon untuk menanyakan dimana posisi rumah Sinta. Kali ini HP Rohman yang berdering.
 "Wis tekan ngendi Pak Kabid?"
 "Iki wis tekan Mesjid, trus nang endi Man?"
 "Koe lurus ae ke arah selatan Mesjid, ono gang masuk belok kiri. Aku tak metu wis." Sambil memegang HP, Rohman ke luar rumah dan tidak lama batang hidung Masrukan sudah kelihatan dengan mengendarai motor.
Setelah Masrukan memarkir motornya, Rohman ngomong, "koe enggko sing dari moderatore yo Kan? Kasih prolog dikit tentang maksud dan tujuan kita ke sini. Nanti sambutan oleh ketua dan terakhir do'a ben Mbah Slamet."
 "Asyiap Ndan!"
Setelah menikmati jajanan dan meneguk teh panas sambil mengobrol dengan suami Sinta, Masrukan dikode oleh Rohman untuk memulai acara.
 "Ehem..ehem..ehem..baik lah. Assalamu'alaikum wr.wb. Saya tadi ketiban sampur sebelum masuk rumah ini ditugasi Pak Rohman untuk memandu acara ini," kata Masrukan sambil senyum-senyum dan menatap Rohman.