Mohon tunggu...
L Ambar S
L Ambar S Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dalam Tebaran Mahabah

26 November 2017   20:58 Diperbarui: 26 November 2017   21:33 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hingga istirahat tiba tampaknya perdebatan seru tidak bisa dihindarkan. Semua guru seakan ingin mengikutsertakan Jatmiko untuk ambil bagian lomba di seluruh mata pelajaran. Karena mereka yakin pasti juara akan ada dalam genggaman bila Jatmiko yang maju.

Jatmiko yang pendiam itu seakan sudah menjadi ikon murid pintar di seantero sekolah. Dari kelas satu dia sudah menduduki peringkat satu. Tidak seperti kebanyakan peringkat satu di sekolah ini, Jatmiko memang beda. Kepandaiannya jauh melebihi teman-temannya. Tidak hanya memiliki otak yang encer, Jatmiko memiliki kecerdasan sosial yang tinggi. Dia mau berbagi kepada siapapun yang bertanya tentang pelajaran. Baginya saat dia berbagi ilmu, maka ilmunya pun akan bertambah. Terbukti di setiap jam istirahat dia menjadi guru bagi teman-temannya yang mengalami kesulitan di mata pelajaran Fisika, Biologi maupun Matematika.

Untung sekolah mencanangkan program bebas uang sekolah bagi pemegang peringkat satu secara paralel di setiap jenjang per tahunnya. Dan salah satu yang beruntung itu adalah Jatmiko. Dia pun mulai menyadari betapa sekolah ini penuh mahabah. "Maafkan aku Mak, Mak benar aku harus bersekolah di sini," desahnya lembut.

Hadiah gratis SPP setahun dari sekolah bagai hujan di tanah kering yang sangat menyejukkan hati kedua orang tuanya. Paling tidak mereka cukup memikirkan uang saku harian. Sebenarnya jarak sekolah dengan rumahnya terbilang dekat namun jauh secara pencapaian karena angkot yang ada hanya beroperasi di jam-jam sekolah dan kerja. Ini artinya bila sedikit terlambat bangun pasti akan sangat kesulitan untuk tiba di sekolah.

Beruntung mahabah-mahabah bertebaran di sekelilingnya. Ada saja orang orang baik yang mau mengantar atau menjemput saat dia berangkat. Endy salah satu dari sekian banyak teman yang mau menjemput dan mengantarnya pulang.

"Jatmiko, mulai besuk siang kamu akan berlatih Fisika dengan saya. Kamu saya daftarkan ikut lomba olimpiade Fisika," pak Haji Solikhun mengakhiri pelajaran Fisikanya di kelas dua Ipa satu.

Mata Jatmiko berbinar-binar tidak menyangka dia terpilih mengikuti lomba.

"Selamat Jat, kamu pasti bisa," teriak reman-teman sekelasnya sambil menjabat tangannya. Sementara yang diselamati hanya terbengong. "Olimpiade Fisika," bisiknya.

Dengan tekun Jatmiko mengikuti arahan pembimbing olimpiade Fisika, bapak Haji Solikhun dan bapak Sutoyo. Rumus demi rumus dia lahap sambil terus berlatih untuk praktek mengerjakan soal. Jatmiko memang tipe murid yang tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang ada.

"Ya Allah bila memang ini jalanku untuk meraih sukses, mudahkanlah Yaa Allah," pintanya dalam hati.

"Jatmiko, selamat ya ibu dengar kamu juara dua olimpiade Fisika tingkat kabupaten. Ibu doakan lanjut sampai propinsi ya," ucap bu Esti guru Bahasa Inggris dengan ramah.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun