Mohon tunggu...
L Ambar S
L Ambar S Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Dalam Tebaran Mahabah

26 November 2017   20:58 Diperbarui: 26 November 2017   21:33 347
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ibu Hari diam, mencoba mengatur pernafasanya yang tersengal.  Ada rasa haru menyeruak di antara hembusan nafasnya. Segera dia menemui panitia penerimaan murid baru. Ditinnggalkannya Mak Jatmiko terbengong dalam kesendirian. Bu Hari bersama-sama bermusyawarah, dengan teman-teman panitia penerimaan murid baru tentang apa yang sebaiknya dilakukan berkenaan dengan kondisi Jatmiko.

Satu per satu panitia mulai membuka dokumen dan catatan pendaftaran. Terlihat jelas Jatmikolah pemegang nilai ujian nasional tertinggi yang diterima di SMA tersebut. Ibu Hari pun tidak bisa melepaskan diri dari rasa empatinya sehingga dengan cepat digandengnya Mak Jatmiko sambil dibelai dan dielus punggungnya. Cepat ibu Hari mengambil keputusan.

"Mak tidak usah khawatir kami akan terima berapapun uang yang dibayar.  Yang penting anak Mak bisa sekolah dan menjadi anak yang berguna di kemudian hari."

"Ya Allah. Maturnuwun Gusti, anak saya bisa sekolah. Terima kasih Bu. Terima kasih, " ucapnya berderai air mata.

Ibu Hari menggenggam erat tangan Mak Jatmiko. Menguatkan. Senyum pun merekah di bibirnya yang kering tanpa pemulas bibir.

"Bapak ibu guru yang saya hormati, sebentar lagi dinas pendidikan kabupaten akan menyelenggarakan olimpiade sains nasional, kami mohon bapak ibu untuk bisa menyikapi dan menyiapkan putra putri terbaik kita di ajang OSN ini. Mapel yang dilombakan meliputi Fisika, Kimia, Biologi, Kebumian, Matematika, dan Komputer," Kepala sekolah membuka rapat koordinasi di pagi itu.

Para guru saling bertatapan. Mungkin mereka sedang bernegosiasi secara kebatinan. Berbagi murid yang akan diikutkan di berbagai mata lomba.

"Matematika, Jatmiko ya pak," ucap bu Sudi. Dedengkot dan sesepuhnya Matematika di SMA Negeri 1 Klepon angkat bicara.

"Wah jangan bu, Matematika masih banyak yang mampu," seloroh bapak Haji Solikhun.

"Biar dia di Fisika. Dia sangat menguasai materi dan praktek," kembali pak Haji Solikhun berargumentasi.

"Waduh, ... padahal saya juga mau ambil Jatmiko untuk ikut yang Biologi," bu Christin pun ikut menanggapi.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun