1.3.5 Pragmatik dan budaya
Menurut Kridalaksana, istilah pragmatik didefinisikan sebagai "syarat-syarat yang mengakibatkan serasi-tidaknya pemakaian bahasa dalam komunikasi" (1982: 137). Richards dan Schmidt menambah bahwa pragmatik berhubungan dengan penggunaan bahasa dalam dunia nyata, terutama konteks tertentu (2005: 449).Â
Mihalicek dan Wilson memberi contoh kalimat yang tidak bisa dipahami di luar konteks tertentu: "Can you take the trash out?" Kalimat ini bisa merupakan permintaan, atau, misalnya, kalau seseorang masih dalam masa penyembuhan setelah terlibat dalam kecelakaan mobil, dapat merupakan pertanyaan tentang kemampuan tubuh. Arti yang benar ditentukan oleh konteks di mana kalimat ini ditemukan (2011: 272).
Dalam penelitian ini, istilah pragmatik lebih tepatnya dipakai untuk melambangkan penggunaan bahasa yang terkait dengan pemahaman referensi budaya. Misalnya, apa yang diceritakan oleh Machali (2012: 84) tentang acara pemerintah dengan wartawan yang ditutup dengan frasa, "juga amplopnya sekalian," yang menandakan bahwa para wartawan akan menerima uang suap (2012: 85).Â
Apabila seorang pemelajar tidak memahami konteks dari frasa tersebut, makna pragmatik akan tersembunyi ketika mereka menemukan kata amplop.Â
Dalam upaya pemahaman konteks budaya, para pemalajar dihadapi dengan contoh referensi budaya yang terlihat (misalnya tokoh sejarah Indonesia dan daerah-daerah tertentu di Indonesia) baik tidak terlihat (misalnya nilai-nilai moral, norma, dasar hukum, dan proses kognitif -- lihat diagram berikut:). Â Â
 Â
Tipe
Â
Budaya "Huruf besar -- yang terlihat"
("Big C -- visible")