Mohon tunggu...
Spenser Lemaich MA
Spenser Lemaich MA Mohon Tunggu... Guru - membuat profil sebagai tugas kuliah

Guru bahasa

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Analisis Unsur-unsur Linguistik Puisi Narasi dari "Inspirasi Tanpa Api" sebagai Sumber Bahan Ajar BIPA

21 Juli 2022   15:06 Diperbarui: 21 Juli 2022   15:23 668
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Contoh sinonim lain: "Betapa banyak teman, sahabat, kolega bahkan keluarga" (Tidak Pernah: 191) -- perbedaan antara teman dan keluarga dapat dipahami oleh pemalajar BIPA secara cepat, tetapi perbedaan teman dan sahabat lebih tipis, sehingga masing-masing kata tersebut digunakan untuk mendefinisikan yang lain dalam KBBI. 

Namun demikian, penutur asli bahasa Indonesia pasti bisa membedakan penggunaannya, walaupun belum tentu ada perbedaan yang jelas dalam kamus.

Mengenai polisemi, ada beberapa contoh: (1) "Terlaksana walau rentang nada semakin samar saja" (Reshuffle: 55) -- kata samar kaya dengan makna bervariasi (lihat definisi di KBBI); (2) "Lalu setelah itu sapu boleh ke para pejabat negara" (Reshuffle: 54) makna kata sapu di sini, atau menyapu, memilki arti sebagai kiasan untuk membersihkan atau menangani masalah; 

(3) "Intervensi tidak boleh ada termasuk dari kepala negara" (Tidak Pernah: 190) - kata ada mempunyai berbagai macam arti dan fungsi dalam bahasa Indonesia dan merupakan contoh kosakata yang sangat penting dipelajari oleh pemelajar BIPA. Kata ada memiliki empat definisi menurut KBBI, dan menjadi kata dasar bagi banyak kata turunan, gabungan kata dan peribahasa.

                        3.4 Sintaksis

Teks otentik dapat dimanfaatkan untuk menunjukkan hubungan antar-kata dalam tata bahasa baku bahasa Indonesia. Contoh-contoh ini dapat dikategorikan dalam cabang linguistik sintaksis. Berikut adalah beberapa contoh penggunaan kata dalam kalimat:  

  • "Saya tak pernah, tak boleh, tak akan mencampurinya" (Tidak Pernah: 190). Contoh ini menunjukan perbedaan antara bahasa Indonesia dan banyak bahasa internasional lainnya -- bahwa tidak ada perubahan morfologi dalam bentuk kosakata verba untuk menyampaikan perubahan waktu. Sistem yang ada dalam bahasa Indonesia untuk menyampaikan pesan terkait waktu adalah melalui frasa seperti yang muncul di atas -- tak pernah menandakan kegiatan yang dilakukan seumur hidup sampai dengan saat si pembicara berbicara, dan tak akan mencampurinya menandakan waktu pada masa mendatang.
  • "Bapak acap ingin berdiri paling depan laksana panglima" (Tidak Pernah: 190). Frasa paling depan mempunyai arti yang seringkali dalam bahasa asing dapat diartikan melalui infleksi atau perubahan morfologi, bahkan di bahasa Indonesia pun ada prefiks terdepan dengan arti yang sama.
  • "Lalu setelah itu sapu boleh ke para pejabat negara" (Reshuffle: 54). Dua hal dapat dipelajari dari contoh ini: (a) kata para menandai jamak, dan (b) kata negara menjadi semacam pelengkap untuk kata pejabat sehingga menghasilkan kata benda majemuk.

                        3.5 Pragmatik & budaya

Contoh kosakata yang punya arti berbeda sesuai dengan konteks adalah kata bapak, misalnya dilihat di frasa "Sayangnya bapak kepala negara panutan" (Tidak Pernah: 190) atau "Hanya ia dan keluarga semata duh bapak kepala negara" (Tidak Pernah: 191), di mana referensi kata tersebut adalah presiden republik Indonesia. 

Namun dapat dipahami bahwa kata bapak dalam konteks lain dapat digunakan sebagai gelar seseorang, atau untuk beri hormat kepada seorang pemimpin. 

Menurut Hofstede (2022), salah satu ciri budaya Indonesia umum adalah hormat yang diberikan kepada pemimpin dan hierarki (lihat kategori power distance di sini, dibandingkan dengan nilai yang tercatat bagi masyarakat umum di Amerika Serikat):

Figure 1 - (Hofstede Insights, [HI], 2022)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun