Beberapa materi yang dipelajari dalam Modul Budaya Positif ini sangat menarik dan merupakan sesuatu yang sangat baru dan tidak pernah diduga sebelumnya. Materi seperti disiplin positif, hukuman dan penghargaan, keyakinan kelas, kebutuhan dasar manusia, teori motivasi, posisi kontrol guru dan segitigas restitusi. Salah satu yang menarik bagi saya yakni tentang hukuman dan penghargaan. Selama ini saya yakini bahwa hukuman itu dapat mewujudkan karakter peserta didik yang baik.
Ternyata sebaliknya. Demikian juga dengan penghargaan. Selama ini saya memberikan penghargaan bagi peserta didik yang berprestasi dengan tujuan bahwa dia akan secara mandiri berusaha. Ternyata hal itu dapat mematikan kreativitas dan kompetensi peserta didik.
Setelah saya mempelajari modul ini cara pandang saya tentang penciptaan budaya positif sungguh dicerahkan bahwa hukuman itu tidak dapat menciptakan budaya positif di sekolah. Penerapan segitiga restitusilah yang mampu mewujudkan budaya positif di sekolah. Penerapan segitiga restitusi mewujudkan peserta didik yang mampu mengontrol dirinya sendiri. Guru dan orang tua tidak dapat mengontrol peserta didik.
Penerapan budaya positif di sekolah dengan menggunakan konsep-konsep yang diperoleh dari pembelajaran dalam modul Budaya Positif ini menghadirkan pengalaman yang sangat menarik bahwa peserta didik akan sangat mudah memperbaiki dirinya dan bertanggung jawab bila menggunakan segitigas restitusi. Hukuman bukanlah cara terbaik dalam menerapkan disiplin positif. Peserta didik akan menjadi mandiri dan bertanggungjawab memperbaiki kesalahannya bila menggunkan pendekatan segitigas restitusi.
Sebagai guru saya sangat senang dan bangga mendapati peserta didik yang begitu mandiri dan bertanggungjawab memperbaiki kesalahannya. Hal semacam ini sangat sulit ditemukan sebelum saya mempelajari modul ini. Ini sangat luar biasa dan saya yakin akan sangat baik bagi pembentukan diri dan karakter peserta didik. Konsep-konsep ini sudah sangat baik dan luar biasa tinggal bagaimana guru menerapkannya di ekosisitem sekolah demi pertumbuhan dan perkembangan budaya positif.
Sebelum saya memperlajari modul ini saya sering memerankan posisi sebagai penghukum, pembuat orang merasa bersalah dan sebagai pemantau. Selama ini saya merasa apa yang saya lakukan sudah baik dan sesuai aturan yang berlaku. Namun, setelah saya mempelajari modul ini ternyata apa yang selama ini saya yakini baik padahal tidak sesuai dengan peran saya sebagai penuntun peserta didik. Ternyata apa yang saya lakukan sangat berbeda. Selama ini saya pikir saya dapat mengontrol peserta didik, padahal tidak.Â
Peserta didik sendirilah yang mampu mengontrol dirinya sendiri. Penerapan kedisiplinan yang selama ini saya lakukan ternyata dapat mewujudkan peserta didik yang beridentitas gagal. Penerapan disiplin positif dengan materi-materi dalam modul ini menciptakan isentitas peserta didik sukses.
Sesungguhnya saya baru mengenal apa itu segitiga restitusi. Selama ini saya belum pernah menghadapi persoalan peserta didik dengan menggunakan segitiga restitusi. Guru selalu menjadi penentu jalan keluar atas persoalan yang dialami peserta didik sehingga tidak salah kalau jarang sekali ditemukan perubahan yang signifikan dalam diri peserta didik.
Semua materi dan konsep-konsep yang ada dalam modul ini sangat luar biasa dan sangat cocok untuk menciptakan budaya positif di sekolah. Karena itu, saya berpikir bahwa belum dibutuhkan materi lain sebagai tambahan materi-materi ini untuk menciptakan budaya positif di sekolah.
RANCANGAN TINDAKAN AKSI NYATA