Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Patah Hati Seorang Ayah

15 April 2020   06:00 Diperbarui: 15 April 2020   06:03 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Malam merambat menuju dini hari. Ketika malam hampir habis, Ayah Calvin tak membantu Bunda Manda menyiapkan menu katering. Bukan, bukan karena masih marah. Tetapi karena tubuhnya melemah.

Alarm biologis menuntunnya bangun pukul empat pagi seperti biasa. Namun, jam biologis tak datang sendirian.

"Selamat pagi Ayah," sapa Silvi dengan pillow facenya.

Sapaan itu tak berbalas. Pelukan justru merenggang. Terburu-buru Ayah Calvin meninggalkan Silvi. Merasa ada yang ganjil, anak cantik itu bergegas menyusul.

Wastafel menganga mengucurkan air. Beberapa kali Ayah Calvin terbatuk. Noda merah yang keluar bersama dahak itu...

"Kamu sakit?"

Dari arah dapur, Bunda Manda menghampiri. Tak bisa menahan desakan kepedulian dalam dirinya. Ia langsung tahu suaminya sakit lagi sekali lihat saja. Terlalu dalam Bunda Manda mengenal Ayah Calvin.

"Nope. I'm ok," jawab Ayah Calvin serak. Ia berdeham lalu meneruskan.

"Ayo kubantu memasak. Kamu..."

"Mau ke dokter?" potong Bunda Manda dingin.

Sikap istrinya yang sedikit melunak membuncahkan rasa hangat di dada Ayah Calvin. Ia menggeleng pelan. Masih ada obat batuk yang diresepkan dokternya. Tersisa sebersit cemas dalam pikiran Bunda Manda. Tak semua obat flu atau obat batuk aman untuk pria yang belum pergi dari relung hatinya. Oh, sebegitu hafal Bunda Manda semua tentang Ayah Calvin.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun