Mohon tunggu...
Latifah Maurinta
Latifah Maurinta Mohon Tunggu... Novelis - Penulis Novel

Nominee best fiction Kompasiana Awards 2019. 9 September 1997. Novel, modeling, music, medical, and psychology. Penyuka green tea dan white lily. Contact: l.maurinta.wigati@gmail.com Twitter: @Maurinta

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Hari Patah Hati Seorang Ayah

15 April 2020   06:00 Diperbarui: 15 April 2020   06:03 212
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Ayah yang tak pernah memprioritaskan putrinya!" Bunda Manda balas berteriak.

Mencoba tuk rasuki

Menyentuh palung jiwamu

Bila harus mengiba

Aku kan mengiba

Namun rasa ini

Telah sampai di ujung lelahku (D`masiv-Cinta Sampai Di Sini).

"Keluargamu, keluargamu, keluargamu! Hanya itu yang kauprioritaskan! Kau menyembunyikan kami! Kau tak pernah berusaha mendatangi kami! Sekarang kau muncul lagi lalu menuduhku menutupi keadaan Silvi! Lihat ke cermin itu sebelum bicara!"

Cermin setinggi tubuh orang dewasa berbingkai kayu dan berhias pahatan ikonik itu ditudingnya. Benda mati yang tak bersalah itu menonton pertengkaran sepasang jiwa yang terluka.

Ayah Calvin meremas rambutnya. Rambut yang pernah ditarik kasar oleh Silvi. Berapa juta kata maaf yang dapat meluluhkan kerak es di hati Bunda Manda? Pria yang genap berusia 47 Desember lalu itu patah hati, sungguh patah hati. Dan risiko yang dihadapi Ayah Calvin saat patah hati adalah...

**   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun