"Ayah yang tak pernah memprioritaskan putrinya!" Bunda Manda balas berteriak.
Mencoba tuk rasuki
Menyentuh palung jiwamu
Bila harus mengiba
Aku kan mengiba
Namun rasa ini
Telah sampai di ujung lelahku (D`masiv-Cinta Sampai Di Sini).
"Keluargamu, keluargamu, keluargamu! Hanya itu yang kauprioritaskan! Kau menyembunyikan kami! Kau tak pernah berusaha mendatangi kami! Sekarang kau muncul lagi lalu menuduhku menutupi keadaan Silvi! Lihat ke cermin itu sebelum bicara!"
Cermin setinggi tubuh orang dewasa berbingkai kayu dan berhias pahatan ikonik itu ditudingnya. Benda mati yang tak bersalah itu menonton pertengkaran sepasang jiwa yang terluka.
Ayah Calvin meremas rambutnya. Rambut yang pernah ditarik kasar oleh Silvi. Berapa juta kata maaf yang dapat meluluhkan kerak es di hati Bunda Manda? Pria yang genap berusia 47 Desember lalu itu patah hati, sungguh patah hati. Dan risiko yang dihadapi Ayah Calvin saat patah hati adalah...
** Â Â